Advertisement

Senin, 04 April 2022

Sempitnya Lahan Pekerjaan Guru

Kegiatan Belajar Mengajar Guru
www.ruangguru.com

        Guru merupakan tonggak kemajuan suatu bangsa dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ia pihak yang paling bertanggung jawab melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran. Para guru besar, doktor dan pakar-pakar ilmu pengetahuan yang ahli dibidang masing-masing juga tidak lepas dari peran seorang guru. Bahkan presiden, MPR, DPR, Mahkamah Agung dan lainnya berkat jasa guru yang mendidiknya semenjak pendidikan dasar, menengah, perguruan tinggi hingga mencapai spesifikasi keahlian yang dikuasainya. itu semua adalah buah dari pengajaran guru-guru mereka. Melupakan jasa guru sama artinya dengan lupa akan kebodohan diri sendiri. Dasawarsa ini, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan formal seakan memudar. 
    Berbagai kasus tawuran, seks bebas, narkoba, penjarahan, bahkan pemerkosaan banyak yang dilakukan oleh generasi emas bangsa ini, peserta didik di sekolah. Memudarnya kepercayaan tersebut dinilai bias terhadap asumsi mereka bahwa pendidikan formal sekarang tidak lagi sepenuhnya mampu menghantarkan anak-anak mereka pada kehidupan masa depan yang diimpikan. Selain sukses dalam hal ekonomi, tentunya mereka mendambakan anak-anaknya berbudi luhur yang mampu membalas jasa orang tua di masa renta. 
    Disaat kepercaan itu memudar, para guru-guru bulus (baru lulus) ini justru beramai-ramai mendaftarkan diri di sekolah tersebut. saking banyaknya yang daftar, sebagian sekolah kebingungan menyeleksinya. Bingungnya bukan karena mereka pada pendaftar bagus-bagus dan ber-SDM tinggi, melainkan bingung karena semua yang diseleksi rata-rata standar dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari mereka. tapi, meski bagaimana pun jika pembelajaran tanpa itu tidaklah mungkin. Akhirnya opsi acak pun dilakukan, mana yang kira-kira paling banyak kontribusinya itulah yang dipilih. Bahkan kadang-kadang money politic pun ikut-ikutan dalam arena ini. Jadi guru bulus yang berduit peluangnya lebih besar dari pada guru-guru yang mengandalkan ijazah, transkrip nilai dan akta IV saja. Sehingga sempitnya lahan pekerjaan guru sekarang ini hanyalah laku bagi guru-guru yang tak berduit saja. Harapan pada orang tua dengan menguliahkan anak-anaknya pada perguruan tinggi fakultas pendidikan adalah menjadi guru yang mampu mengajar masyarakat, bangsa dan Negara. 
        Harapan ini agaknya tersendat dengan semakin sempitnya lowongan yang dicari itu. Meskipun beratus-ratus sekolah yang ada di setiap daerah, namun itu tidaklah menjanjikan tempat bagi para guru-guru muda. Akhirnya, para orang tua pun kini menilai semakin tinggi mereka menyekolahkan anak-anaknya, semakin tinggi pula jumlah pengangguran terdidik yang menjadi beban masyarakat. Bahkan selain menjadi pengangguran, para pengangguran terdidik itu semakin jauh dari nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-harinya (Syamsul Ma’arif : 103). 
        Bahkan pola pikirnya cenderung pola pikirnya menjadi penyakit serta merusak tatanan masyarakat sekitarnya. Sepenggal cerita ini mungkin ada gunanya juga. “Percuma saja sekolah, paling ujung-ujungnya juga akan jadi kuli”. Itulah cemoohan seorang kuli pabrik kopra dalam film teaterikal laskar pelanginya Andrea Hirata kepada Ikal ketika mau diantar ayahnya (Mathias Muchus) dihari pertamanya ia mau sekolah. Yang ada dibenak sang ayah, kemungkinan besar sama dengan apa yang diangan-angankan para orang tua sekarang, yakni kelayakan hidup di masa depan. Kebahagiaan anak adalah kado terindah bagi orang tua. Namun, melihat realita sekarang ini, tak ada salahnya kita lebih sedikit merenungkan dalam-dalam kuli perkataan pabrik di atas. Buat apa sekolah tinggi-tinggi, gelar sarjana pendidikan di gondol dengan predikat camloude, jika ujung-ujungnya menjadi marketing, entah itu eksekutiflah, representatiflah, dan lain sebagainya. 
        Bahkan ada teman kampus saya dulu yang amat serius menekuni kuliahnya di jurusan Tadris Fisika sekarang menjadi tukang penarik kredit bermasalah di sebuah Bank Perkreditan Rakyat di Ungaran Kabupaten Semarang. Meski bahasanya agak diperhalus menjadi Collector Eksekutif (CE), namun tetap saja ia bak algojo yang siap mencekik leher masyarakat. Naasnya, jika masyarakat yang mempunyai tunggakan kredit itu masyarakat kecil yang rela menggadaikan BPKB motornya untuk membiayai anak-anaknya agar bisa terus sekolah. Ironis memang, sewaktu dulu masih kuliah ia sibuk mempelajari teori-teori pendidikan, termasuk bagaimana cara mendidik masyarakat, justru sekarang ia sangat sibuk mempelajari bagaimana masyarakat secepat mungkin bisa membayar tagihan supaya tidak nunggak di bulan berikutnya. 
        Suatu ketika saya sempat bersua dengannya tengah sibuk menganalisis tunggakan kredit yang bermasalah. Ternyata tak kurang dari puluhan orang yang nunggak bulan itu. Secara otomatis, ia pun menyusun strategi perencanaan yang matang, biasanya ia menelpon terlebih dahulu sebelum mendatangi rumahnya. Meski kadang-kadang telponnya di reject secara kasar karena jelas kedatangannya ke rumah pasti tidak disukai. Ironisnya lagi, padahal ia dulu setiap malam sibuk mempersiapkan RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk mengajar di pagi harinya, tapi justru sekarang ia sibuk membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Penagihan). Belum tahu pasti, seberapa banyak teman yang bernasib sama sepertinya. Seharusnya ia jadi guru di sekolah, akan tetapi karena sempitnya lahan pekerjaan guru sekarang memaksa ia beralih profesi sebagai CE. 
        Guru yang seharusnya ia di gugu lan di tiru karena nasib berkata lain, ia pun di sekarang di guyu lan di laru (ditertawakan dan digoda). Meski bagaimana pun juga, karena ia menganggap itu pekerjaan halal sampai sekarang dan mungkin selamanya ia akan tetap menjalaninya. Teman saya di atas merupakan salah satu tidak adanya transparansi dari pihak pengelola pendidikan, terutama sekolah-sekolah swasta. Era globalisasi ini mengakibatkan sistem pendidikan kita tidak bersih dan semakin tidak jelas arah dan tujuannya. Hal ini bisa dibuktikan ketika mau memasuki tahun ajaran baru, hampir setiap sekolah, terutama sekolah swasta saling mencari sensasi dan memikat masyarakat dengan memasang spanduk “Menerima Peserta Didik baru”di sana sini, baik di desa maupun kota dalam hal ini tidak ada bedanya. Banyak yang mereka unggulkan, seperti fasilitas terlengkap, bebas uang gedung, bebas biaya pendaftaran, dan program-program lainnya. 
        Bahkan sebagian mereka ada yang menjanjikan kualitas guru yang profesional dan bilingual. Meskipun ketika ada sertifikasi guru para guru-guru profesional tersebut pada kalang kabut bingung dengan sendirinya. Akhirnya pun masyarakat sama berbondong-bondong mendaftarkan putra putrinya yang dinilai unggul dalam spanduk tersebut. meski sebagian orang tua ada yang mengeluh karena anaknya disekolahkan semakin pintar justru semakin cerdas membantah orang tuanya sendiri. Tahun ajaran baru sama artinya dengan menambah keuangan sekolah. Nah, realita ini coba kita refleksikan dengan rekrutmen gurunya. Mana ada sekolah yang terang-terangan memasang spanduk “Menerima Guru Baru”. Kecuali sekolah yang mau di buka, spanduk tersebut bisa dipastikan tidak ada sama sekali. Hal ini atas pertimbangan terlalu repot, juga untuk meminimalisir anggaran sekolah. Padahal kalau dipikir secara positif, mestinya tidak ada masalah dengan mengeluarkan biaya sedikit, namun berpeluang mendapatkan kualitas guru yang benar-benar diharapkan. Terutama guru-guru muda yang masih kaya akan teori-teori pembelajaran yang konstruktif. Ibarat buku, tentu buku-buku terbitan baru yang paling diminati para pembacanya dibanding buku-buku lama yang mungkin isinya sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. 
        Dalam hal ini, banyak juga kan guru-guru yang menggunakan metode lama dalam mengajarnya sehingga membuat peserta didik jenuh dan membosankan. Transparansi rekrutmen guru selama ini masih belum Nampak. Meski sebagian sekolah sudah ada yang mau membuka lowongan di iklan-iklan kecik surat kabar atau di internet. Itu pun jika ada anggarannya. Kalau tidak, jalan satu-satunya adalah dari mulut ke mulut. Bahkan ada sekolah yang kebanyakan para gurunya masih ada tali kekerabatan. Kepala sekolah sebagai ketua besar, para pengurus dijabat oleh adik-adik atau kemenakannya dan para gurunya diisi anak sendiri atau anak dari saudara, dan seterusnya. Sehingga masyarakat sering menamai sekolah tersebut dengan sekolah keluarga. Padahal, sebenarnya pembangunan itu menggunakan uang masyarakat. 
        Untuk mengatasi masalah sempitnya lahan guru ini tentunya harus mengubah sistem yang ada, baik sistem pelaksanaan rekrutmen di perguruan tinggi maupun di sekolah. Di samping setiap perguruan tinggi harus membatasi jumlah mahasiswa yang diterima, pihak sekolah pun juga harus bersikap terbuka pada siapapun perihal informasi lowongan guru. Tidak kalah pentingnya, dalam hal ini sangat dibutuhkan semacam portal informasi lowongan guru karena selama ini portal lowongan tersebut hanya ada ketika pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS). Berkiatan dengan sempitnya lahan pekerjaan guru ini, sedikit para guru-guru muda menghela nafas lega. 
        Nampaknya, pemerintah mempunyai program merekrut ribuan sarjana untuk dijadikan guru di pelosok Indonesia. Terhitung sebanyak 12 LPTK yang ikut meramaikan program yang bertema ”maju bersama mencerdasakan Indonesia” ini. tidak kurang dari 3.500 sarjana se-Indonesia akan ditempatkan di daerah-daerah pelosok yang masuk dalam kategori 3 T, yakni terdepan, terluar dan tertinggal. Wilayah tersebut antara lain Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Pendaftaran secara resmi dibuka tanggal 20 Oktober – 29 Oktober 2011. Kemudian diadakan penyeleksian tanggal 30 Oktober – 1 November 2011. Lama penempatan mengajar tersebut, menurut infonya hanya setahun kemudian sepulangnya dari tempat mengajar tersebut direkomendasikan untuk bisa mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan dibiayai pemerintah. 
        Tentu ini sebuah tantangan, pertama, harus meninggalkan keluarga dan istri kalau sudah menikah. Kedua, mengorbankan aktivitas keseharian, entah di organisasi, pertokoan, dan lain sebagainya. Ketiga, mengajar anak didik yang berbeda adat, bahasa dan budaya. Keempat, mengajar peserta didik yang ber SDM rendah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan. 
        Masih banyak lagi tantangan-tantangan lainnya dan kemungkinan para guru-guru muda yang sempat meliriknya pun jangan hanya berpikir sekali untuk mengikuti seleksinya. Pasalnya, persiapan yang dibutuhkan bukan hanya materi melainkan juga mental. Kekuatan mental dalam hal ini menjadi kuncinya. Apalagi dikabarkan dengan mengikutinya dapat bonus PPG. Padahal fakta di lapangan, pembinaan dan pelatihan guru di Indonesia terasa mandek, berjalan di tempat, bahkan cenderung mundur (SM,12/10/11). 
        Hal ini langsung disampaikan oleh ketua PGRI Dr. H. Sulistiyo, M.Pd saat memberi sambutan pada acara peringatan hari guru internasional tanggal 5 Oktober di gedung PB PGRI Jakarta. Pembinaan profesi guru ibarat barang langka yang sangat sulit dijumpai di daerah-daerah. Para guru tetap saja jarang memperolehnya, apalagi guru sekolah swasta dan guru honorer. Bahkan ini apalagi yang sebelumnya belum mengajar, kemudian diiming-imingi PPG jika mau berangkat mengajar di daerah tertinggal. Yang sudah ada saja tidak dijalankan, kok car peserta baru. Apa ini yang dimaksudkan pemerintah untuk mengurangi pengangguran terdidik tenaga kependidikan? Jika memang benar, khususnya warga Jawa Tengah agaknya sedikit berseberangan denga jargon Gubernurnya, “Bali Deso Mbangun Deso”. Para guru muda yang berharap setelah lulus kemudian ke desanya masing-masing ternyata belum ada kursi untuknya. Bagaimana mau Mbangun Deso? Sekian tahun menunggu kursi di desanya, tapi justru ini mau dikirim ke daerah tertinggal di luar pulau sana. Harusnya pemerintah, dalam hal ini, mengadopsi sistem yang sudah diterapkan oleh Unissula Semarang yang sudah menerapkan program cerdas sultraku (Sulawesi Tenggaraku) 2011. 
        Yang dilakukannya bukan para lulusannya untuk dikirim ke daerah terpencil, melainkan Unissula merekrut anak-anak Sulawesi kurang lebih 1.000 orang untuk kuliah di kampusnya di Semarang dengan beasiswa penuh. Harapannya, setelah mereka kembali nanti akan mampu membangun daerahnya sendiri. Bukan membangun yang cuma relatif dalam waktu satu tahun, kemudian ditinggal pergi. Hal ini rasa-rasanya menghambur-hamburkan uang Negara untuk hal yang tidak efektif. Jika Unissula mampu menjaga dan mengembangkan potensi anak didik keluarga miskin (anak nelayan dan anak sopir di sultra) untuk mengenyam pendidikannya di fakultas kedokteran, mengapa pemerintah tidak berbuat demikian. Inilah era otonomi daerah, yang seharusnya digunakan oleh stake holder daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing yang belum tersentuh. Ternasuk mengenai pendidikan karena faktor inilah yang penting untuk dikembangkan.

Selasa, 22 Maret 2022

Nilai Mandiri dalam Program Guru Penggerak

Mandiri berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Ketika kita hanya menunggu sesuatu untuk terjadi, seringkali hal tersebut tidak pernah terjadi. Karena itu seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu, untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan untuk terjadi. Guru Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek pengembangan dirinya. Seorang Guru Penggerak termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah ataupun dinas. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan kapabilitas dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain. Beberapa poin untuk menguatkan nilai Mandiri pada nilai Guru Penggerak adalah sebagai berikut: 1. Tentukan tujuan perubahan yang ingin dicapai dan dampak dari pencapaian tujuan tersebut. Apabila ada suatu perubahan yang ingin Anda lihat (baik pada diri Anda, maupun hal di sekitar Anda) mulailah dengan tujuannya terlebih dahulu. Setelah Anda tahu tujuannya, lalu susun rutenya dalam bentuk tujuan yang lebih kecil. contoh: Tujuannya, ingin meningkatkan kemampuan penggunaan perhitungan numerikal di microsoft excel, untuk membantu pekerjaan administrasi menjadi lebih mudah. Dari sini susunlah rute cara belajar Anda, sesuai dengan kapabilitas Anda. Contoh rute: dalam seminggu ini, sudah harus bisa perhitungan dengan menggunakan fungsi numerikal tambah dan kurang. Cara belajar dengan menggunakan youtube misalnya. Dengan penggambaran tujuan dan rute yang jelas kita akan semakin tahu apa yang harus kita lakukan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Hal ini yang akan mendorong kita untuk lebih mandiri. 2. Rayakan keberhasilan dalam setiap pencapaian. Pencapaian tujuan tidak mudah, bahkan tujuan yang dirasa kecil sekalipun membutuhkan daya, waktu, dll. Apabila kita sudah mencapai tujuan tertentu, rayakan keberhasilan dengan sesuatu yang kita suka. Dengan begitu kita bisa memotivasi diri kita untuk mencapai tujuan selanjutnya. Reflektif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain. Proses perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan menjadi Guru Penggerak pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang bervariasi. Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun negatif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk mengevaluasi kembali pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi pembelajaran dan panduan untuk menjalankan perannya di masa mendatang. Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya. Ada banyak model dalam melakukan refleksi, beberapa di antaranya adalah: • Model refleksi 4P merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. Keempat langkah ini merupakan terjemahan dari 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu: 1. Peristiwa (Facts): paparan obyektif berdasarkan pengalaman nyata atas apa yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala yang saya hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut berhasil? 2. Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah mengikuti proses tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang saya rasakan ketika menghadapi kendala tersebut? ketika saya mencoba mengatasi kendala tersebut bagaimana perasaan saya? 3. Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Contoh pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses ini? apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini? 4. Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat segera diterapkan baik sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa yang bisa saya lakukan ke depannya dari pembelajaran di proses ini? pada aspek apa? • Model refleksi 5M, yang diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut: 1. Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi 2. Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung. 3. Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki. 4. Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut. 5. Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang. Selamat Membaca

Minggu, 20 Maret 2022

Do'a Hari Lahir Sekolah

Gunungpati-Info_ Dalam beberapa kesempatan saya diminta untuk membacakan do'a. Supaya bacaan-bacaan doa yang telah saya buat bisa bermanfaat untuk orang lain, maka saya posting disini. Assalamualaikum Wr Wb Bapak/ibu hadirin dan tamu undangan yang berbahagia, marilah sejenak kita menunduk, berserah diri seraya menengadah, bermunajat, memohon petunjuk untuk keberkahan sekolah kita, lembaga kita, dan untuk kota Semarang yang kita cintai dan banggakan ini. Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil alamin, hamdan syakirin, …. Allahumma sholli ala sayyidina muhammadin fil Awwalin… allahumma sholli ala sayyidina muhammadin fil akhirin… dst
Yâ Allâh, Ya Tuhan Kami Pagi ini Kami keluarga besar SMP Negeri 1 Semarang Berkumpul, menengadah dan bersimpuh di Hadap-Mu, dengan penuh cinta dan syukur, memperingati hari lahir sekolah yang ke 74 dengan tema Pembangunan Karakter melalui Jingle dan Tagline We Are Number One. Seraya menunduk, bermohon kehadirat-Mu, Perkenankanlah kami ber-munajat kepada-Mu. YA ALLAH YA GHAFFAR!! Dzat yang Maha Pemaaf! Kami memohon ampun atas segala khilaf, kesalahan dan dosa yang telah kami perbuat. Dosa-dosa orang tua kami, rekan-rekan kami, guru-guru kami dan pemimpin-pemimpin kami. YÂ ALLÂH YÂ QÂDHIYAL HÂJÂT! Dzat yang mengabulkan segala kebutuhan! Kabulkanlah segala kebutuhan, kegiatan Milad ini dan segala rencana kedepan kami, supaya dapat mewujudkan tempat belajar yang LUHUR BUDI CERDAS BERPRESTASI DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN di hadapan-Mu dan hanya untuk memperoleh Ridlo-Mu semata. YÂ ALLÂH YÂ KÂFIYAL MUHIMMÂT! Dzat yang mencukupkan segala kepentingan! Cukupkanlah jiwa dan raga kami dengan kenikmatan mengabdi kepada-Mu. Cukupkanlah ya Allah, kekuatan jiwa dan raga kami, untuk menjadi pribadi yang luhur dalam budi pekerti, cerdas dalam bersikap dan berperilaku dan berintegritas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, bukan saja menjadi semboyan dan slogan saja, namun sampai mengurat nadi, dan mendarah daging pada sikap, perbuatan, dan pribadi kami. YÂ ALLÂH YÂ RÂFI'AD DARAJÂT! Wahai yang Maha Mengangkat Derajat! Luhurkanlah derajat kami dengan prestasi yang tinggi, dan akhlak yang mulia! Jadikanlah KEMULIAAN dihadapan-Mu adalah cita-cita tertinggi Kami. YÂ ALLÂH YÂ ARHAMAR RÂHIMÎN! Wahai Allah Yang Paling Maha Pengasih! Limpahkanlah kelembutan Kasih Sayang-Mu. Bimbinglah keluarga besar kami, para siswa di sekolah ini, pendidik, pengabdi, serta pemimpin kami, menjadi penerus bangsa yang bermanfaat, bermartabat, berintegritas, beriman dan bertaqwa. YÂ ALLÂH YÂ MUJÎBAD DA'WÂT! Wahai Dzat yang Mengabulkan Do’a! Perkenankanlah semua doa dan permohonan kami. Karena hanya Engkaulah tempat kami mengadu dan memohon pertolongan.

Jumat, 28 Juni 2019

MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT DI SEKOLAH

Oleh : Miftahudin
Guru SMP Negeri 1 Semarang
Mahasiswa Pascasarjana Unwahas Semarang

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pada dasarnya pengelolaan pendidikan sangatlah penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit sehingga membutuhkan pembagian tugas, kerja dan tanggung jawab.[1] Pembagian tugas dalam pengelolaan pendidikan tersebut terwujud sebagai sebuah manajemen pendidikan. Dari sinilah, manajemen pendidikan diartikan sebagai ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2] Manajemen pendidikan yang baik akan meningkatkan hasil semua potensi yang dimiliki melalui lembaga sekolah.
Sekolah sebagai lembaga sosial yang diselenggarakan dan dimiliki oleh masyarakat, harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sekolah mempunyai kewajiban secara legal dan moral untuk selalu memberikan penerengan kepada masyarakat tentang tujuan, program, kebutuhan dan keadaannya dan sebaliknya sekolah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat.[3] Kesuksesan sebuah lembaga sekolah akan sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan masyarakat. Keduanya memiliki kepentingan yang saling berkaitan, yaitu dapat dikatakan bahwa sekolah sebagai lembaga formal berperan dan mendapat kepercayaan untuk mendidik, melatih dan membekali generasi muda guna masa depannya sedangkan masyarakat berperan sebagai implikasi dari pendidikan tersebut.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat merupakan sekelompok individu yang membutuhkan pendidikan sehingga berasal dari kebutuhan tersebut maka masyarakat menyelenggarakan pendidikan itu. Tanpa adanya mayarakat maka sebuah lembaga sekolah tidak dapat berperan dengan baik karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan masyarakat. Hal ini mengingatkan bahwa masyarakat adalah bagian dari sistem yang besar yaitu masyarakat.
Berdasarkan fakta di atas, maka penting adanya manajemen hubungan sekolah dan masyarakat agar sebagai lembaga formal (sekolah) dapat terlaksana sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Oleh karena itu, di sini penulis berusaha untuk mengupas tentang manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (humas) di sekolah.

B.  Rumusan Masalah
Pada makalah ini, berdasarkan uraian masalah diatas dapat diperinci beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Apakah pengertian, tujuan dan fungsi humas di Sekolah?
2.    Bagaimanakah ruang lingkup manajemen humas di Sekolah?
3.    Bagaimanakah fungsi-fungsi manajemen humas di Sekolah?
4.    Bagaimanakah hubungan dan peran sekolah dengan masyarakat?
5.    Bagaimanakah implementasi manajemen humas di SMP Negeri 1 Semarang?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Dasar
1.    Pengertian
Humas (hubungan masyarakat) dikemukakan pertama kali oleh Presiden Amerikan Serikat ialah Thomas Jefrerson tahun 1807.[4] Akan tetapi pada saat itu dengan istilah Public Relations adalah dihubungkan dengan Foreign Relation.[5] Kamus terbitan Institute of Public Relation (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987, menjelaskan bahwa humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu dan semuanya itu berlangsung secara kesinambungan dan teratur.[6]
Ibnoe Syamsi dalam Suryosubroto juga mengemukakan definisi humas adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukungnya dengan sadar dan sukarela.[7] Kemudian Bonar masih dalam Suryosubroto menegaskan pernyataan Syamsi, humas menjalankan usahanya untuk mencapai hubungan yang harmonis anatar sesuatu badan oraganisasi dengan masyarakat sekelilingnya.[8]
Maisyaroh dalam Hermino mengatakan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara lembaga pendidikan dan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kebutuhan dan praktik pendidikan dan pada akhirnya bekerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan.[9]
Internaltional Public Relations Association dalam Hermino, humas adalah salah satu dari fungsi manajemen yang memiliki ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari masyarakat.[10]
Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama; melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajemen untuk menghadapi opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagau sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan pengguna penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.[11]
Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwa manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu rancangan rangkaian kegiatan untuk menciptakan hubungan harmonis antara lembaga formal dan masyarakat melalui oraganisasi yang berlangsung secara kesinambungan dan saling mendukung untuk tujuan dan kebutuhan bersama.
2.    Tujuan
Elsbree dalam Ismaya mengemukakan tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut:
a.     Untuk menigkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
b.    Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan menigkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
c.    Untuk mengembangkan antusiasme/semangat saling bantu antara sekolah dengan masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.[12]
3.    Fungsi
Dalam hal ini Ismaya membagi fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat ke dalam 2 bagian, yaitu:
a.    Sekolah sebagai lembaga pembaru (agent of change) yang mengintroduksi perubahan pengetahuan, cara berfikir, pola hidup, kebiasaan, tata cara pergaulan dan sebagainya.
b.    Sekolah sebagai lembaga seleksi (selecting agency) yang memilih anggota masyarakat menurut kemampuan dan potensinya dalam memberikan pembinaan sesuai dengankemampuan itu, agar setiap individu dapat dikembangkan dan dimanfaatkan potensinya semaksimal mungkin.
c.    Sekolah sebagai lembaga peningkat (clas leveling agency) yang membantu meningkatkan taraf sosial warga dan dengan demikian mengurangi perbedaan atas tradisi, adat dan kebudayaan , sehingga terdapat usaha penyesuaian diri yang lebih besar dalam kesatuan bangsa.
d.   Sekolah sebagai lembaga pemeliharaan kelestarian (agen of preservation) yang memelihara dan meneruskan sifat-sifat budaya yang patut dipelihara dan diteruskan.[13]
B.  Ruang Lingkup Humas Sekolah
1.    Peranan Kepemimpinan Sekolah
Manajemen humas dalam pendidikan merupakan mediator yang berada di antara pimpinan sekolah dengan publiknya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa aktivitas tugas humas adalah mengelola komunikasi antara organisasi dengan publiknya. Jadi dapat dikatakan bahwa humas (public relation) adalah aktivitas yang menghubungkan antara organisasi dengan masyarakat (public) demi tercapaianya tujuan organisasi dan harapan masyarakat dengan produk yang dihasilkan. Berdasar pengertian tersebut, maka maksud disusunnya program kerja Wakil Kepala Sekolah. PP urusan Hubungan Masyarakat adalah mampu untuk menjem-batani keterlibatan seluruh anggota masyarakat sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, lingkungan, perguruan tinggi dan lembaga pemerintah dan swasta untuk ikut peduli dalam mengoptimalkan kemampuan dan kerja sama sesuai dengan kemampuan-nya masing-masing, dan membntu kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan sekolah.[14]
Adapun tujuan dari program kerja Wakil Kepala Sekolah urusan hubungan masyarakat adalah
a.    Meningkatkan kerja sama antar warga sekolah.
b.    Meningkatkan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat sekitar sehingga masyarakat merasa memiliki dan tanggung jawab keberadaan sekolah.
c.    Meningkatkan kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat, komite sekolah sehingga bersama-sama berperan aktif dengan maju mundurnya sekolah.
d.   Menjalin kerjasama dengan alumni
e.    Menjaga keharmonisan hubungan dengan masyarakat sekitar sehingga keamanan sekolah dapat terpelihara dengan baik.
f. Meningkatkan dan menumbuh kembangkan jiwa persaudaraan, kebangsaan dan persatuan.
g.    Bersama dengan BP/BK Menjalin hubungan dengan perguruan-perguruan tinggi untuk meningkatkan wawasan peserta didik.[15]
Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah terjalinnya hubungan baik antar anggota masyarakat sekolah, masyarakat umum, lingkungan, komite, perguruan tinggi, Dunia usaha dan Industri, tokoh-tokoh masyarakat, alumni dan mendia massa sehingga terciptanya hubungan yang harmonis dan terjalin rapi serta saling pengertian
2.    Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup tugas humas dalam sebuah organisasi atau lembaga antara lain meliputi aktivitas sebagai berikut :
a.    Membina Hubungan Keluar (Publik Eksternal)
Yang dimaksud publik eksternal adalah publik umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Hubungan Masyarakat Keluar (Humas Eksternal) turut menentukan keberhasilan kegiatan hubungan masyarakat suatu badan atau lembaga.
Berdasarkan macam-macam khalayak ini dikenal sebagai :
1) Press Relations. Mengatur dan memelihara hubungan dengan pers umumnya dengan mass media seperti pers, radio, film dan televisi yang utama adalah pers.
2) Government Relations. Mengatur dan memelihara hubungan dengan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Lembaga atau instansi resmi yang berhubungan dengan kegiatan sekolah.
3)  Community Relations. Mengatur dan memelihara hubungan dengan masyarakat setempat.
4)  Supplier Relations. Mengatur dan memelihara hubungan dengan para levaransir (pemborong), kontraktor agar segala kebutuhan perusahaan dapat diterima secara teratur serta dengan harga dan syarat-syarat yang wajar.
5)  Customer Relations. Mengatur dan memelihara hubungan dengan para langganan, sehingga hubungan itu selalu dalam situasi bahwa langgananlah yang sangat membutuhkan pendidikan, bukan sebaliknya.[16]
b.    Membina hubungan ke dalam (publik internal)
Menurut Ruslan yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari atau organisasi itu sendiri. Tujuan hubungan masyarakat ke dalam ialah pada hakikatnya untuk meningkatkan kegairahan bekerja para, guru, tenaga akademik, karyawan lembaga atau instansi yang bersangkutan. Sebagai garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut, Internal public meliputi :
1) Employee Relations. Memelihara hubungan khusus antara manajemen dengan guru dalam kepegawaian secara formal. Misalnya mengenai penempatan, pemindahan, kenaikan pangkat, pemberhentian, pensiun dan sebagainya.
2) Human Relations. Memelihara hubungan khusus antara sesama warga dalam sekolah secara informal, sebagai manusia (secara manusiawi). Pergaulan antara manusia, bukan sebagai hubungan manusia secara formal.
3) Labour Relations. Memelihara hubungan antara kepala sekolah dengan komite serta turut menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Mengadakan tindakan tindakan preventif mencegah kesulitan-kesulitan yang timbul, karenanya turut melancarkan hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak.
4)  Stockholder Relations, Industrial Relations. Sesuai dengan sifat dan kebutuhan sekolah yaitu mengadakan hubungan dengan para pemegang saham.
Ruang Lingkup bidang kerja Humas di sekolah ini adalah dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang yang meliputi:
1)  Koordinasi dengan Kepala sekolah dan unsur pimpinan lain.
2)  Kerjasama dengan BP/BK dalam menangani masalah kemampuan, minat dan kekeluargaan.
3)  Kerjasama dengan warga sekolah
4)  Kerjasama dengan tokoh masyarakat
5)  Kerja sama dengan aparat pemerintahan Kelurahan
6)  Menjalin silaturahmi antar Alumni

7)  Kerjasama dengan perguruan tinggi tentang kemajuan pendidikan
8)  Mengembangkan persaudaraan dengan lingkungan yang harmonis.
9)  Menjalin kerjasama dengan Kantin sekolah, pengurus OSIS tentang kebersihan lingkungan.[17]
Disamping hal-hal tersebut diatas waka/PP Humas melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut;
1)  Melakukan Koordinasi secara Kontinue dengan semua unsur pimpinan dan Tata Usaha.
2)  Menerima tamu umum yang berkaitan dengan tugas kehumasan.
3)  Penyampaian informasi terkai tdengan Sertifikasi, Libur Sekolah dan informasi-informasi lain yang ada kaitannya dengan guru dan persekolahan.
4)  Menuliskan berbagai informasi dipapan pengumuman guru kaitannya dengan rapat dinas, rapat awal tahun, rapat kelulusan, rapat akhir tahun dan kenaikan kelas.
5)  Mempersiapkan agenda rapat, dan menyampaikan guru yang tidak hadir pada saat belajar kepada guru piket.
6)  Mempersiapkan pertemuan-pertemuan dengan pengurus komite, jika ada hal yang perlu dibicarakan
7)  Melakukan Home visit bersama BP/BK, Wali Kelas, jika ada siswa yang sakit, atau siswa yang jarang masuk sekolah.[18]
C.  Fungsi-fungsi Manajemen Humas
Manajemen Humas dapat dikatakn sebagai penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, penafsiran, kepemimpinan dan evaluasi) dalam kegiatan-kegiatan humas.[19] Hermino menerangakan bahwa manajemen humas berarti melakukan penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan komunikasi yang di sponsori oleh organisasi.[20] Berikut adalah proses manajemen hubungan sekolah dan masayarakat:
a.    Perencanaan
Perencanaan sebagai fungsi manajemen dilakukan pada tahap pertama sebelum melaksanakan kebijakan, program dan kegiatan. Perencanaan sebagai cetak biru (blu print) atas kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan organisasi. Perencanaan merupakan upaya untuk menentukan program dan kegiatan yang ingin dilakukan dan bagaimana cara mencapai tujuan organisasi. Perencanaan sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana, perencanaan adalah usaha sadar, terorganisir dan terus-menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan.[21]
Fungsi perencanaan meminta para manajer untuk membuat keputusan-keputusan tentang 4 (empat) unsur rencana yang fundamental, yaitu sasaran, tindakan, sumber daya dan pelaksanaan. The planning function requires managers to make decisions about four fundamental elements of plan. They are (1) objectives, (2) actions, (3) resources, and (4) implementation”.
Ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus menerus dalam manajemen pendidikan sebagai implementasi perencanaan, diantaranya:
a.    Merinci tujuan dan menerangkan kepada setiap pegawai/ personil lembaga pendidikan.
b.    Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi diadakan.
c.    Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
d.   Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk pelaksanaan lainnya.
e.    Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan rencana/ sekala pengkajian.
f. Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan pengawasan.
g.    Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja), pola pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.
h.    Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material dan tempat.
i.  Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.
j.  Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan.
b.    Pengorganisasian
Kegiatannya meliputi: (a) mengidentifikasi tugas yang mamp dilaksanakan oleh sekolah, (b) mendistribusi tugas sesuai dengan kemampuan personil sekolah, (c) merumuskan aturan dan tata hubungan kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat.
c.    Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya.
Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara implisit menekankan adanya tujuan evaluasi, serta adanya perencanaan bagaimana melaksanakan evaluasi. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan membuat interpretasi terhadap data yang terkumpul serta membuat laporan. Selain itu, evaluator juga harus melakukan pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan evaluasi secara keseluruhan.
Ada empat hal yang ditekankan pada rumusan tersebut, yaitu:
a.    menunjuk pada penggunaan metode penelitian
b.    menekankan pada hasil suatu program
c.    penggunaan kriteria untuk menilai
d.   kontribusi terhadap pengambilan keputusan dan perbaikan program di masa mendatang.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.[22]
d.   Pengendalian/Kontroling
Pengendalian (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. … the process s by which manager determine wether actual operation are consistent with plans.[23] Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu: (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.[24]
e.    Employee Relations Sebagai Kegiatan Humas
Hubungan masyarakat internal atau hubungan kepegawaian (employee relations) adalah sekelompok orang-orang yang sedang bekerja di suatu organisasi atau perusahaan yang jelas baik secara fungsional, organisasi maupun bidang teknis dan jenis pekerjaan (tugas) yang dihadapinya. Employee relations (hubungan kepegawaian) tersebut tidak dilihat dalam pengertian yang sempit, yaitu sama dengan hubungan industrial yang hanya menekankan pada unsur-unsur proses produksi, dan upah yang terkait dengan lingkungan kerja. Pengertiannya lebih dari itu, hubungan tersebut dipengaruhi oleh hubungan komunikasi internal antarkaryawan dengan karyawan lainnya, atau hubungan antara karyawan dan manajemen perusahaan yang efektif.
Maksud dan tujuan kegiatan internal relations yang dilaksanakan melalui kegiatan employee relations, antara lain sebagai berikut:
a.    Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik yang dipergunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
b.    Untuk menghilangkan kesalahpahaman atau hambatan dalam komunikasi antara manajemen perusahaan dengan karyawannya.
c.    Sebagai sarana saluran atau alat komunikasi dalam upaya menjelaskan tentang kebijaksanaan, peraturan dan ketatakerjan dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
d.   Sebagai sarana media komunikasi internal bagi pihak karyawan untuk menyampaikan keinginan-keinginan atau sumbang saran dan informasi serta laporan kepada pihak manajemn perusahaan (pimpinan).[25]
D.  Hubungan dan Peran Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, dan simpati dari masyarakat, serta mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensukseskan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis. Seperti dikutip dari International Public Relation Association dalam Pengelolaan Pendidikan, yaitu: hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik baik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama.[26]
Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa public relation (Humas) adalah proses yang berjalan terus menerus, dimana manajemen berusaha untuk memperoleh good will dan pengertian dari para pegawai, langganan, dan masyarakat luas. Ke dalam melalui analisa, dan keluar melalui jalan menggunakan pernyataan. Jadi bahwa dalam pelaksanaan hubungan masyarakat merupakan suatu proses yang terencana yang berkesinambungan guna memperoleh itikad baik dari semua pihak, baik kepada pihak internal (Kepala sekolah, guru, staf) maupun kepada pihak eksternal (orang tua, masyarakat).
Mulyasa menyatakan hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, mengarahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut:
1.    Untuk memperoleh bantuan dari orang tua murid/masyarakat, Bantuan apa? Ingat bantuan ini bukan hanya sekedar uang! Untuk melaporkan perkembangan dan kemajuan, masalah dan prestasi-prestasi yang dapat dicapai sekolah. Kapan sebenarnya laporan ini perlu dilakukan oleh pihak sekolah?
2.    Untuk memajukan program pendidikan.
3.    Untuk mengembangkan kebersamaan dan kerjasama yang erat, sehingga segala permasalahan dan lain-lain dapat dilakukan secara bersama dan dalam waktu yang tepat.
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan:
a.    Kualitas pembelajaran. Kualitas lulusan sekolah dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor hanya akan dapat tercipta melalui proses pembelajar di kelas maupun di luar kelas. Proses pembelajaran yang berkualitas akan dapat dicapai apabila didukung oleh berbagai pihak termasuk orang tua murid/ masyarakat.
b.    Kualitas hasil belajar siswa. Kualitas belajar siswa akan tercapai apabila terjadi kebersamaan persepsi dan tindakan antara sekolah, masyarakat dan orang tua siswa. Kebersamaan ini terutama dalam memberikan arahan, bimbingan dan pengawasan pada anak/murid dalam belajar. Karena itu peningkatan kemitraan sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat merupakan prasyarat yang tidak dapat ditinggalkan dalam konteks peningkatan mutu hasil belajar.
c.    Kualitas pertumbuhan dan perkembangan peserta didik serta kualitas masyarakat (orang tua murid) itu sendiri. Kualitas masyarakat akan dapat dibangun melalui proses pendidikan dan hasil pendidikan yang handal. Lulusan yang berkualitas merupakan modal utama dalam membangun kualitas masyarakat di masa depan.
Ini berarti segala program yang dilakukan dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat harus mengacu pada peningkatan kualitas pembelajaran, kualitas hasil belajar dan kualitas pertumbuhan/perkembangan peserta didik. Apabila hal tersebut dapat kita lakukan, maka persepsi masyarakat tentang sekolah akan dapat dibangun secara optimal.[27]
Hubungan sekolah dan masyarakat ini memiliki tujuan, antara lain:
1)   Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2)   Mendapatkan dukungan dan bantuan financial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah.
3)   Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanan program sekolah.
4)   Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan kebutuhan masayarakat.
Hubungan sekolah dengan masyarakat yang berjalan dengan baik akan memberi manfaat pada kedua pihak. Berikut manfaat yang diperoleh:
§ Bagi masyarakat
a.    Masyarakat mengetahui inovasi-inovasi yang dilakukan oleh sekolah.
b.    Masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan pendidikan dapat mengajukan aspirasinya terhadap sekolah.

c.    Masyarakat dapat memberikan kritikan dan saran yang berguna untuk sekolah apabila terdapat program, keputusan atau tindakan sekolah yang tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat .
§ Bagi sekolah
a.    Sekolah dapat termotivasi untuk terus melakukan perbaikan baik dari segi tenaga pendidik maupun dari fasilitas pedidikan karena sekolah mendapat penilaian dan kontrol langsung dari masyarakat.
b.    Sekolah dapat menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dialami sekolah yang memerlukan partisipasi masyarakat untuk menyelesaikannya.
c.    Sekolah dapat memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai konsep-konsep pendidikan yang perlu masyarakat pahami agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep antara sekolah dan masyarakat.
d.   Sekolah dapat memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar bagi peserta didik.[28]
E.   Implementasi Manajemen Humas di SMP Negeri 1 Semarang
Untuk menjelaskan implementasi manajemen humas secara singkat dimakalah ini, akan dijelaskan tiga unsur penting supaya pembahasannya bisa focus, yaitu :
1.    Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang telah disepakati bersama atau dalam arti lai kepemimpinan adalah ilmu atau kiat serta kemampuan seseorang mempengaruhi atau membimbing orang lain untuk mencapai tujuan dengan cara-cara tertentu pula. Dalam organisasi sekolah, Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi disekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern, kepemimpinan kepala sekolah perlu mendapat perhatian secara serius. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seseorang yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto membagi gaya Kepemimpinan Kepala sekolah menjadi 4, yaitu: (1) gaya autoritarian, (2) gaya laissez faire, (3) gaya demokratis, (4) gaya pseudo demokratis. Dalam gaya kepemimpinan authoritarian, pemimpin lebih bersifat ingin berkuasa, suasana sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu persoalan. Di sini pemimpin dalam hal ini kepala sekolah mendikte kepada guru yang ada di bawah kepemimpinannya tentang apa yang harus dikerjakan oleh mereka dan bagaimana harus mengerjakan.
Sifat kepemimpinan pada gaya Laizzes-faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada gaya ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya atau secara tidak langsung segala peraturan, kebijaksanaan (policy) suatu institusi berada di tangan guru.
Guru bekerja menurut kehendaknya masing-masing tanpa adanya pedoman kerja yang baik. Di sini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan, maka semua usahanya akan cepat berhasil. Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru dapat dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (kepala sekolah), tetapi dapat dilaksanakan tanpa acara. Rapat dapat dilaksanakan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.
Dalam gaya demokratis, seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh bawahannya dalam pengambilan keputusan. Kepala sekolah yang bersifat demikian akan selalu menghargai pendapat atau kreasi guru yang ada di bawahnya dalam rangka membina kelasnya. Kepala sekolah memberikan sebagian kepemimpinannya kepada guru, sehingga para guru merasa turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Kepala sekolah dalam gaya demokratis, melaksanakan tugasnya atas dasar musyawarah, unsur-unsur demokrasinya harus nampak dalam seluruh tata kehidupan di sekolah, misalnya kepala sekolah harus menghargai martabat setiap guru yang mempunyai perbedaan individu, kepala sekolah harus menciptakan situasi belajar sedemikian rupa sehingga nampak dalam kelompok yang saling menghargai dan saling menghormati, kepala sekolah hendaknya menghargai cara berpikir meskipun dasar pikiran itu bertentangan dengan pendapat sendiri, dan kepala sekolah hendaknya menghargai kebebasan individu.
Sebagai unsur yang mendukung terselenggaranya manajemen humas yang baik, kepala sekolah SMP Negeri 1 Semarang ternyata lebih mengandalkan kepemimpinannya dengan kepemimpinan gaya demokratis. Kepala Sekolah, Ibu Nining Sulistyaningsih lebih suka mengikutsertakan seluruh guru-gurunya dalam pengambilan sebuah kebijakan, baik  kebijakan yang berdampak langsung terhadap sekolah maupun tidak. Segala pendapat dan kreasi guru pun dihargai, bahkan difasilitasi dengan menyediakan pengembangannya. Dalam hal ini, kreasi yang diwujudkan adalah dalam bentuk kreasi alat peraga pembelajaran, pembuatan karya ilmiah, baik berupa modul dan lain sebagainya.
2.    Implementasi Manajemen Humas
a.    Perencanaan
Semua kebijakan, program dan kegiatan di SMP Negeri 1 Semarang direncanakan bersama, dilaksanakan bersama dan dievaluasi pun bersama-sama. Langkah-langkah implementasi perencanaan program yang dilaksanakan adalah :
1)      Membentuk kepanitian program secara merata sehingga semua guru mempunyai tugas dan tanggungjawab yang seimbang
2)      Memerinci tujuan program kepada semua guru dan karyawan supaya dapat terlaksana dengan baik
3)      Menentukan tugas dan fungsi kepanitiaan dan pembagian tugas dengan adil
4)      Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk pelaksanaan lainnya melalui rapat-rapat koordinasi pra kegiatan
5)      Membuatkan Surat Keputusan setiap kegiatan lengkap beserta uraian tugasnya masing-masing
6)      Menyiapkan anggaran dan melengkapi fasilitas serta kebutuhan yang diperlukan selama kegiatan berlangsung
b.    Pengorganisasian
Dalam melaksanakan proses perorganisasian ini, perancangan tanggung jawab dan kewenangan setiap jabatan individual, dan penetapan jabatan-jabatan tersebut dikelompokkan dalam bagian-bagian tertentu dilakukan secara terbuka dan diketahui secara umum. Bahkan dalam suatu ketika dilaksanakan pemilihan langsung Wakil Kepala Sekolah oleh para guru-guru, meski jabatan ini bisa langsung ditunjuk oleh kepala sekolah.
c.    Monitoring dan Evaluasi
Ada empat hal yang selalu dilakukan saat atau setelah selesai melaksanakan sebuah program, yaitu:
1)      Melaksanakan evaluasi, mencatat dan mengupayakan perubahan deprogram setelahnya
2)      Menekankan proses, bukan hasil
3)      Criteria terhadap suatu kegiatan jelas dan terukur
4)      Setiap program selalu diambil keputusan bersama
d.   Pengendalian/Kontroling
Usaha sistematik yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 1 Semarang, terutama oleh kepala sekolah kaitannya dengan fungsi kontroling pada setiap program adalah selalu menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan tertentu sehingga dapat terukur jelas. Mengambil tindakan koreksi jika ditemukan unsure yang dapat mengganggu atau mengurangi suksesnya program yang dilaksanakan. Upaya yang dilakukan dalam fungsi kontroling ini ini bagaimana supaya setiap program dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e.    Employee Relations Sebagai Kegiatan Humas
Hubungan masyarakat internal atau hubungan kepegawaian secara fungsional maupun secara teknis dalam terjalin dengan baik. Semua kebutuhan tercukupi dan mampu mempengaruhi semua guru dan karyawannya untuk melaksanakan program yang telah direncanakan.
Secara internal, yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a.       Selalu melakukan timbal balik (feedback) dalam setiap aktifitas atau program yang dilaksanakan
b.      Menjaga hubungan baik untuk menghindari kesalahpahaman atau hambatan dalam komunikasi antara kepala sekolah dengan guru/karyawan atau antar guru/karyawan.
c.       Selalu aktif menyampaikan info atau berita atau kebijakan yang baru terkait dengan regulasi yang ada yang berkaitan dengan kebijakan sekolah
d.      Aktif menjaga hubungan komunikasi internal melalui grup WA, baik internal sekolah maupun secara Kedinasan.
3.    Hubungan dengan Komite, Paguyuban dan Masyarakat
a.    Komite Sekolah
§  Mampu bekerjasama dengan baik dengan komite sekolah
§  Semua kebijakan sekolah yang berkaitan dengan peserta didik melalui sepengetahuan komite sekolah
§  Bersama dengan komite sekolah mencari dukungan pihak luar dalam mensukseskan program sekolah
§  Mencarikan solusi, terutama mengenai keuangan atau tentang pembiayaan ekstra
§  Komite sekolah bersama dengan orangtua peserta didik yang tergabung dalam ekstra, misal Marching Band, membiayai penuh semua pembiayaannya sampai meraih ajang Nasional. Begitu juga dengan ekstra-ekstra yang lain.
b.    Paguyuban Sekolah
§  Mendukung kegiatan sekolah dalam bentuk moril maupun financial, yang biasanya diserahkan kepada masing-masing paguyuban kelas
§  Menjadi pelaksana kegiatan sekolah
§  Menjadi fasilitator sekolah dengan peserta didik mengenai kegiatan yang non akademik
c.    Masyarakat
§  Bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam mewujudkan sekolah yang aman dan ramah anak
§  Melibatkan masyarakat dalam kegiatan keagamaan, kesehatan dan lain sebagainya
§  Menempatkan masyarakat masyarakat sebagai unsure terpenting dalam penilaian sekolah

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Pengertian manajemen humas adalah suatu rancangan rangkaian kegiatan untuk menciptakan hubungan harmonis antara lembaga formal dan masyarakat melalui oraganisasi yang berlangsung secara kesinambungan dan saling mendukung untuk tujuan dan kebutuhan bersama. Tujuannya adlah untuk menigkatkan kualitas belajar, pemahaman masyarakat, kualitas kehidupan dan antusiasme/semangat saling bantu membantu.
2.    Ruang lingkup humas sekolah mencakup, pertama, peranan Kepemimpinan Sekolah yang menjadi jembatan penghubung atau humas (public relation) adalah aktivitas yang menghubungkan antara organisasi dengan masyarakat (public) demi tercapaianya tujuan organisasi dan harapan masyarakat dengan produk yang dihasilkan. Kedua, tugas humas mencakup membina Hubungan Keluar (Publik Eksternal), missal  Press Relations, Government Relations, Community Relations,  Supplier Relations dan Customer Relations. Kemudian juga membina hubungan ke dalam (publik internal), meliputi : Employee Relations, Human Relations, Labour Relations dan Stockholder Relations, Industrial Relations.
3.    Fungsi-fungsi manajemen humas antara lain perencanaan, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi, pengendalian/kontroling dan employee relations.
4.    Tujuan hubungan dengan masyarakat adalah pertama, untuk memperoleh bantuan dari orang tua murid/masyarakat, untuk memajukan program pendidikan dan untuk mengembangkan kebersamaan dan kerjasama yang erat.
5.    Implementasi Humas di SMP Negeri 1 Semarang mencakup kepemimpinan kepala sekolah, kemudian strategi melaksanakan fungsi-fungsi Humas serta menjaga hubungan baik dengan Komite sekolah, paguyuban dan masyarakat.

B.  Saran
Seiring perkembangan zaman seorang peneliti harus peka terhadap  Perubahan sosial yang terjadi sangat cepat, tanpa kita sadari tiba-tiba berada di zaman yang sudah berbeda. Kita harus mampu melakukan penelitian yang berkualitas sehingga dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan-permaslahan yang dihadapi saat ini. Penelitian sat ini sebagai pijakan untuk melaksanakan penelitian selanjutanya dengan topik berbeda.

C.  Penutup
Demikian makalah ini kami susun. Semoga para pembaca dapat memahami mengenai manajemen humas dengan baik. Permohonan maaf penulis atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA

Daryanto dan M. Farid, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta: Gava Media, 2013.
Hermino Agustinus, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter: Konsep, Pendekatan dan Aplikasi, Bandung: Alvabeta, 2014.

Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2015.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.



[1] Bambang  Ismaya, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2015), hlm. 1
[2] Daryanto dan M. Farid, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2913), hlm. 1
[3] Op Cit., hlm. 15
[4] Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 2004, hlm. 154
[5] Ibid., hlm. 155
[6] Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.202
[7] Op Cit., hlm. 155
[8] Ibid., hlm. 155
[9] Ibid., hlm. 156
[10] Ibid., hlm. 157
[11] Daryanto.. Ibid., hal.145
[12] Bambang Is.. Ibid., 159.
[13]  Bambang Is.. Ibid., 160.
[14] Abdul Rahmat, Manajemen Humas Sekolah (Yogjakarta : Media Akademi, 2016), hlm. 25
[15] Ibid., hlm. 27
[16] Ibid., hlm. 29
[17] Ibid., hlm. 30
[18] Ibid., hlm. 31
[19] Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis ... hlm. 72
[20] Ibid., hlm. 73
[21] Abdul Rahmat, Manajemen Humas Sekolah., hlm. 66
[22] Ibid., hlm. 68
[23] Ibid., hlm. 69
[24] Ibid., hlm. 70
[25] Ibid., hlm. 72
[26] Abdul Rahmat, Manajemen Humas Sekolah., hlm. 120
[27] Ibid., hlm. 125
[28] Ibid., hlm. 126

Selamat Membaca