Kamis, 06 November 2014

Menggagas Goa Kreo Sebagai Wisata Edukasi Semarang

                                                                      Oleh : Miftahudin
Berbicara mengenai taman rekreasi keluarga yang terhitung baru adalah wisata Goa Kreo Semarang. Ya, memang objek wisata yang satu ini terbilang baru dengan wajah yang sekarang, yaitu setelah dibangun waduk jati Barang. Kebetulan lokasi ini hanya berjarak sekitar 5 KM dari rumah saya di Dusun Ngrembel (daerah pemancingan Ngrembel Asri)

Cerita sejarahnya, Goa Kreo Semarang merupakan sebuah goa yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati untuk membangun Mesjid Agung Demak . Ketika itu menurut legenda Sunan Kalijaga bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut. Kata “Kreo” berasal dari kata Mangreho yang berarti peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu.


Untuk mencapai mulut Goa, pengunjung harus melewati anak tangga yang cukup banyak dan curam. Disebelah Utara Goa Kreo terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau panjang. Selain menikmati pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk serta bercanda dengan kera penunggu kawasan ini, pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini yang sebentar lagi akan berubah menjadi waduk.


Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang ini berada di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Monyet monyet yang ada di Goa Kreo ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet yang ada di sini termasuk monyet yang cukup jinak, dan bisa bergaul dengan warga di sekitar Goa Kreo.
Di kawasan Goa Kreo Semarang ini sekarang sedang dibangun Waduk Jatibarang, yang Pembangunannya dimulai pada Oktober 2009 dengan waktu pelaksanaan selama 1.520 Hari dengan Sumber Dana dari Japan International Corporation Agency (JICA IP-534), berdasarkan data pada papan di lokasi pembangunan Waduk. Waduk Jatibarang ini berfungsi sebagai pengendali banjir di Kota Semarang, menjaga ketersediaan air minum, dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Waduk Jatibarang ini akan memiliki luas 46,56 hektar.
Untuk foto suasana terbaru goa kreo bisa dilihat di artikel Waduk Jatibarang ini. Goa kreo berada di tengah tengah waduk dan dihubungkan dengan jembatan dari tepiannya.

Selain itu, perkembangan budaya Goa Kreo sekarang sudah semakin maju. Buktinya telah suksesnya diadakan acara budaya dengan tajuk Sesaji Rewandha Melestarikan Tradisi dan Mengembangkan Wisata. Dalam kegiatan tersebut dihelat tari tera dimana pemainnya melangkah pelan dengan badan sedikit membungkuk dan tangan berusaha meraih dengan cepat gunungan buah-buahan, mereka lakukan berulang-ulang tetapi gagal mendapatkan buah yang dimaksud. Ini bukti ada perkembangan budaya dalam kegiatan tahun ini. Inovasi lain yang muncul dalam Sesaji Rewandha tahun ini adalah kirab nipak tilas Sunan Kalijaga, tahun-tahun sebelumnya hanya mengarak sesaji atau gunungan buah-buahan yang akan diberikan kepada kawanan kera yang tinggal di kawasan Goa Kreo.
Dalam kirab, deretan peserta dimulai dari warga yang memerankan sebagai Sunan Kalijaga, kemudian diikuti deretan santri. Replika pohon jati dan lima gunungan, yakni gunungan buah-buahan, hasil bumi, nasi kuning, nasi bungkus, dan gunungan ketupat-lepet ikut dalam barisan kirab.

Juga ada empat orang yang menggunakan pakaian ala kera dengan warna berbeda, yakni putih, hitam, merah, dan kuning, seperti yang ada dalam sejarah nipak tilas Sunan Kalijaga.

Menggagas Wisata Edukasi
Ketua Kelompok Sadar Wisata Pandanaran Kelurahan Kandri Muhamad Pudji Wibowo (saya lebih akrab memanggil Pak Bowo karena beliau adalah Guru saya) mengatakan, hingga saat ini, jumlah kera yang ada di kawasan Goa Kreo ada 278 ekor dan jumlah tersebut terus meningkat bukan berkurang.
"Ada tiga komunitas kera di daerah sini, yakni di luar goa, di goa, dan di parkiran," katanya.
Luasan daerah Kreo, lanjut Wibowo, ada sekitar 10 hektare dan setelah ada pembangunan Waduk Jatibarang diperkirakan saat tergenang daerah yang tersisa sekitar tiga hektare.

Meskipun lahan berkurang, kawanan kera dipastikan tidak akan kekurangan pangan karena warga setempat telah menanam beragam tanaman, seperti pisang, ketela, dan beragam tanaman buah yang disiapkan untuk kera.
"Apalagi dengan adanya waduk Jatibarang, nantinya akan ada penanaman tanaman nusantara sebagai sabuk hijau," katanya.
Itu beberapa data penting yang saya kutip ketika diwawancarai oleh antarajateng.com. Dimana ada potensi besar disana yang harus segera dikembangkan sebagai wisata alternatif kota Semarang dengan tema WISATA EDUKASI. Tentu para wisatawan tak hanya ingin bersenang senang saja menikmati pemandangan, tapi mereka Ingin berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga dengan cara yang asyik dan mendidik. Wisatawan yang asyik bersama-sama anak- anak dan keluarga yang dimanjakan dengan berbagai macam kegiatan yang langsung berinteraksi dengan alam. Pastinya kegiatan yang mendidik ini sangat baik bagi anak–anak.

Apa yang perlu dikembangkan dari potensi Goa Kreo tersebut? Dari hasil pengamatan saya, berikut pendapat saya mengenai Wisata Edukasi Goa Kreo Semarang
1.    Potensi Hutan Wisata
Potensi Hutan di Goa kreo ini yang paling potensial untuk dikembangkan. Banyak pohon yang tua-tua (apalagi sejarahnya Sunan kalijaga membawa pohon jati dan sempat mampir disini. Nah itu ada Pohon jatinya) yang harus diberdayakan. Ide riil ini bisa diwujudkan dengan diadakannya Kebun Pendidikan (Education Farm), dimana tanaman dikelompokkan berdasarkan manfaatnya bagi kehidupan. Kelompok ini terbagi atas Zona Tanaman Pangan (Food Plants), Zona Tanaman Obat (Medicinal Plants), Zona tanaman rempah / bumbu (Herb Plants), Zona Tanaman Industri, Zona Tanaman Buah dan Zona Tanaman Unik dan Langka. Nah itu ide yang pertama dan sudah dilakukan di daerah yang lain.
2.    Potensi Pemancingan Edukasi
Potensi yang kedua ya jelaslah ada waduk kenapa gak dibuat pamncingan sekalan. Tapi area-area tertentu jangan seluruh area dibebaskan untuk boleh dipancing. Alternatif ini bisa digunakan untuk bersantai memancing bersama keluarga di kolam yang berisi berbagai macam ikan didalmnya. Hasil pancingan bisa langsung diolah dan dinikmati kelezatannya. 

3.    Potensi Outbond Edukatif
Yang ketiga ini terakhir adalah potensi untuk bisa dibuat Outbond tapi yang memiliki wahana edukatif. Diantaranya bisa dibuat seperti bilik permainan Air (waterball, waterboom, marine scaping, dan lain-lain), bilik petualangan (berkuda, panjat dinding, bersepeda dengan halang rintang, fasilitas jembatan goyang, dan flying fox, bilik bermain (bak pasir, trampoline, playground, dan arena bermain lainnya, bilik Hewan (memberi makan kambing dan kelinci, memanen telur ayam arab, bermain dengan burung, memerah susu sapi, melihat kuda poni,  aneka reptil, ikut bajak sawah dan ikut tandur.
Nah itu beberapa usul saya sebagai bentuk gagasan pribadi untuk kemajuan daerah saya, kecamatan Gunungpati. Apabila sudah dilaksanakan itu kurangnya informasi mengenai pelaksanaan ide tersebut. Sehingga semoga Wisata Goa Kreo kedepan bukan hanya menjadi wisata saja, melainkan akan menjadi WISATA EDUKASI GOA KREO SEMARANG. Semoga hal ini bisa terwujud.  (Miftahudin)

1 komentar:
Write comments