Selasa, 05 Januari 2016

REVOLUSI TEKNOLOGI DI MATA SANTRI NU

oleh:
H. Nur Azis, S.Ag
Kepala MTs NU Al Hidayah Kudus
 
          Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kemampuan berpikir, menganalisa dan mencipta,sehingga kita bisa melahirkan berbagai inovasi yang tiada henti. Pada edisi .... dengan tema Revolusi Teknologi di Mata Santri NU ini, tentu saya sangat mengapresiasinya. Terlebih kita sebagai warga NU haru smengikuti perkembangan arus zaman globalisasi ini, tanpa harus “tersesat” didalamnya. Oleh karena itu, upaya awal untuk membendungnya adalah menjadikannya sebagai wawasan, tidak menjadikannya sebagai pedoman hidup.
          Perlu kita ketahu bersama, bahwa yang dinamakan revolusi teknologi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat dalam bidang teknologi. Hal ini, baik direncanakan maupun tidak direncanakan. Kata kuncinya adalah pada perubahan sosial dan kebudayaan karena dengan teknologi, cara pandang dan perilaku kita dapat terpengaruh. Nah, keterpengaruhan ini berimbas pada pada 2 variabel, yaitu variabel positif dan variabel negatif. Bagi kita yang memanfaatkan teknologi hanya sekedar sebagai alat untuk memudahkan aktifitas, pekerjaan atau kegiatan, maka kita terpengaruh variabel positif. Artinya kita bisa memanfaatkan alat tersebut sesuai dengan ketentuannya. Namun, jika sampai ibadah terbengkalai, “kecanduan” teknologi sampai tak kenal waktu, lupa akan kwajiban dan tanggung jawab, dan menjadi ketergantungan dengan teknologi bahkan menjadi sombong, angkuh dan takabbur karenanya, maka secara tidka sadar sudah terpengaruh variabel negatifnya.
          Demikian, teknologi sudah merobohkan tiang agama yang awalnya sudah berdiri kokoh pada diri kita, “menjebol” kepribadian kita yang mulanya yang terpenuhi dengan norma-norma agama yang mulia dan membangun sistem baru pada jati diri, akal pikiran (logika) dan keimanan kita. Dalam kata lain, teknologi tersebut telah merusak kemapaman jati diri kita sebagai santri NU yang berlandaskan ahlussunnah wal jama’ah menjadi santri yang justru merobohkan pondasi-pondasi ke-NU-an. Na’udzubillah
          Banyak hal yang bisa dimanfaatkan, diantaranya pemanfaatan software Maktabah Syamilah dan software- software lainnya. Jika hanya dijadikan sebagai bahan kajian, maka tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk mengakses ratusan kitab didalamnya. Bahkan dengan waktu yang relatif singkat ini, kita bisa mencari referensi-refesensi ilmiah yang kita butuhkan. Peralatannya pun tidak sulit, cukup hanya menyediakan PC komputer, laptop, notebook, atau android bahkan vanbook pun bisa dilakukan. Tanpa harus bersusah payah mencari tumpukan ratusan kitab yang sudah tertata rapi di almari dan membutuhkan waktu untuk mencari dalil yang dibutuhkan. Penggunaan teknologi ini memang memudahkan, namun tetap harus diutamakan prinsip kesewajaran. Artinya dengan kemudahan tesebut tidak menjadikan sebagai santri yang hedonis pragmatis dalam hal ikhtiar dan bersungguh-sungguh mencari ilmu.
          Berkaitan dengan prinsip kesewajaran ini, saya teringat dengan dua santri NU asal Pamekasan yang mendapat anugerah dari Dirjen Pendis Kemenag tahun 2014 lalu. Anugerah tersebut diberikan atas prestasinya menghafal 1.000 hadits dan 15 kitab. Tentu hafalan ini tidka sebanding dengan hafalan Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim (Imam Bukhari) yang telah menghafal lebih dari 10.000.000 hadits beserta sanadnya. Namun, ditengah zaman globalisasi ini yang arus kebarat-baratannya semakin tak terkendali, mencari dua santri muda itu ibarat mencari mutiara di tengah padang pasir yang gersang. Sekaligus ini menjadi bukti fakta santri NU bahwa membanjirnya budaya asing tidak mengahalangi untuk mengkuti jejak Salafussholih yang memegang teguh panji-panji keimanan berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.
          Akhirnya sebagai pengantar majalah ini, sudah saatnya saya mengajak seluruh santri NU untuk memanfaatkan teknologi tepat guna secara positif supaya dapat mempertegas jati diri ke-NU-an kita dan tidak menjadi santri yang gagap teknologi. Di antara hal yang bisa dilakukan adalah memilah dan memilih teknologi yang efektif dan membatasi penggunaan teknologi supaya tidka berlebihan. Dengan memilah dan memilih teknologi yang efektis dan efisien kita akan terjaga dari hal-hal yang dapat merugikan kita dengan cara hanya memilih teknologi yang bermnanfaat saja dan meninggalkan teknologi yang mendatangkan madharat. Demikian dengan melalui pembatasan penggunaan teknologi ini akan mengurangi ketergantungan olehnya. Semoga dengan berpikir, menganalisa dan mencipta manfaat dan madharat ini kita menjadi pribadi NU yang kuat menjaga identitas dan bisa membuat perubahan positif bagi masyarakat umum.




Tidak ada komentar:
Write comments