Senin, 21 Agustus 2017

Si Jago Merah Melahap Pasar Pagi

15 tahun yang lalu...saat itu cuma punya uang sisa 2.000 rupiah. Bagaimanapun juga, dapur harus tetep ngebul untuk keberlangsungan hidup. Uang itupun aq simpan betul betul, diirit-irit supaya jangan beli kebutuhan lain meski sama sama butuhnya. Setelah ngaji siang hari tepatnya setelah dluhur, aq berangkat ke pasar pagi sendiri..pakaian santri lengkap, baju panjang agak kedomboran sedikit, peci hitam juga kadang agak agak miring. 


Saat itu menjadi tradisi pondok jika keluar tanpa memakai alas kaki. Ya, saat menuju ke pasar pagi aq dengan PeDenya tanpa alas kaki alias nyeker. Nah, uang 2.000 itu aq belikan mengkreng (lombok) pada ibu ibu penjual bumbu sudah dapat banyak sekali. Wajah ibunya itu, lokasi warung dan gaya bahasa meni..meni nya masih ingat jelas. Si ibu sudah paham kalau yg beli santri dikasih banyak. Dan harga ini tidak bisa ditemukan dipenjual bumbu manapun. Yah...uang 2.000 itu cukuplah untuk persediaan masak 3 hari. Dan kegiatan seperti ini aq lakukan berpuluh puluh kali karena aq di pondok kurang lebih 7 tahun. 
Namun, mungkin ini sudah kehendak ilahi..pasar pagi kebakaran tadi malam (19 Agustus 2017) tepatnya pukul 18.30 an. Sengaja atau tidak, yang jelas jika sengaja sungguh kau terlalu, sangat tega menghancurkan perekonomian masyarakat. Terutama ibu ibu penjual bumbu itu. Semoga beliau dan kawan kawannya, diberi ketabahan, kesabaran dan keikhlasan menghadapi ujian ini. Semoga Allah membalas semua amal perbuatan baik mereka, terutama pd santri santri penuntut ilmu yg hidup dg keterbatasan dan keprihatinan.

Kudus, 20 Agustus 2017
Pukul 09.38 wib
Selamat Membaca

Tidak ada komentar:
Write comments