Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 April 2022

Sempitnya Lahan Pekerjaan Guru

Kegiatan Belajar Mengajar Guru
www.ruangguru.com

        Guru merupakan tonggak kemajuan suatu bangsa dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ia pihak yang paling bertanggung jawab melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran. Para guru besar, doktor dan pakar-pakar ilmu pengetahuan yang ahli dibidang masing-masing juga tidak lepas dari peran seorang guru. Bahkan presiden, MPR, DPR, Mahkamah Agung dan lainnya berkat jasa guru yang mendidiknya semenjak pendidikan dasar, menengah, perguruan tinggi hingga mencapai spesifikasi keahlian yang dikuasainya. itu semua adalah buah dari pengajaran guru-guru mereka. Melupakan jasa guru sama artinya dengan lupa akan kebodohan diri sendiri. Dasawarsa ini, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan formal seakan memudar. 
    Berbagai kasus tawuran, seks bebas, narkoba, penjarahan, bahkan pemerkosaan banyak yang dilakukan oleh generasi emas bangsa ini, peserta didik di sekolah. Memudarnya kepercayaan tersebut dinilai bias terhadap asumsi mereka bahwa pendidikan formal sekarang tidak lagi sepenuhnya mampu menghantarkan anak-anak mereka pada kehidupan masa depan yang diimpikan. Selain sukses dalam hal ekonomi, tentunya mereka mendambakan anak-anaknya berbudi luhur yang mampu membalas jasa orang tua di masa renta. 
    Disaat kepercaan itu memudar, para guru-guru bulus (baru lulus) ini justru beramai-ramai mendaftarkan diri di sekolah tersebut. saking banyaknya yang daftar, sebagian sekolah kebingungan menyeleksinya. Bingungnya bukan karena mereka pada pendaftar bagus-bagus dan ber-SDM tinggi, melainkan bingung karena semua yang diseleksi rata-rata standar dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari mereka. tapi, meski bagaimana pun jika pembelajaran tanpa itu tidaklah mungkin. Akhirnya opsi acak pun dilakukan, mana yang kira-kira paling banyak kontribusinya itulah yang dipilih. Bahkan kadang-kadang money politic pun ikut-ikutan dalam arena ini. Jadi guru bulus yang berduit peluangnya lebih besar dari pada guru-guru yang mengandalkan ijazah, transkrip nilai dan akta IV saja. Sehingga sempitnya lahan pekerjaan guru sekarang ini hanyalah laku bagi guru-guru yang tak berduit saja. Harapan pada orang tua dengan menguliahkan anak-anaknya pada perguruan tinggi fakultas pendidikan adalah menjadi guru yang mampu mengajar masyarakat, bangsa dan Negara. 
        Harapan ini agaknya tersendat dengan semakin sempitnya lowongan yang dicari itu. Meskipun beratus-ratus sekolah yang ada di setiap daerah, namun itu tidaklah menjanjikan tempat bagi para guru-guru muda. Akhirnya, para orang tua pun kini menilai semakin tinggi mereka menyekolahkan anak-anaknya, semakin tinggi pula jumlah pengangguran terdidik yang menjadi beban masyarakat. Bahkan selain menjadi pengangguran, para pengangguran terdidik itu semakin jauh dari nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-harinya (Syamsul Ma’arif : 103). 
        Bahkan pola pikirnya cenderung pola pikirnya menjadi penyakit serta merusak tatanan masyarakat sekitarnya. Sepenggal cerita ini mungkin ada gunanya juga. “Percuma saja sekolah, paling ujung-ujungnya juga akan jadi kuli”. Itulah cemoohan seorang kuli pabrik kopra dalam film teaterikal laskar pelanginya Andrea Hirata kepada Ikal ketika mau diantar ayahnya (Mathias Muchus) dihari pertamanya ia mau sekolah. Yang ada dibenak sang ayah, kemungkinan besar sama dengan apa yang diangan-angankan para orang tua sekarang, yakni kelayakan hidup di masa depan. Kebahagiaan anak adalah kado terindah bagi orang tua. Namun, melihat realita sekarang ini, tak ada salahnya kita lebih sedikit merenungkan dalam-dalam kuli perkataan pabrik di atas. Buat apa sekolah tinggi-tinggi, gelar sarjana pendidikan di gondol dengan predikat camloude, jika ujung-ujungnya menjadi marketing, entah itu eksekutiflah, representatiflah, dan lain sebagainya. 
        Bahkan ada teman kampus saya dulu yang amat serius menekuni kuliahnya di jurusan Tadris Fisika sekarang menjadi tukang penarik kredit bermasalah di sebuah Bank Perkreditan Rakyat di Ungaran Kabupaten Semarang. Meski bahasanya agak diperhalus menjadi Collector Eksekutif (CE), namun tetap saja ia bak algojo yang siap mencekik leher masyarakat. Naasnya, jika masyarakat yang mempunyai tunggakan kredit itu masyarakat kecil yang rela menggadaikan BPKB motornya untuk membiayai anak-anaknya agar bisa terus sekolah. Ironis memang, sewaktu dulu masih kuliah ia sibuk mempelajari teori-teori pendidikan, termasuk bagaimana cara mendidik masyarakat, justru sekarang ia sangat sibuk mempelajari bagaimana masyarakat secepat mungkin bisa membayar tagihan supaya tidak nunggak di bulan berikutnya. 
        Suatu ketika saya sempat bersua dengannya tengah sibuk menganalisis tunggakan kredit yang bermasalah. Ternyata tak kurang dari puluhan orang yang nunggak bulan itu. Secara otomatis, ia pun menyusun strategi perencanaan yang matang, biasanya ia menelpon terlebih dahulu sebelum mendatangi rumahnya. Meski kadang-kadang telponnya di reject secara kasar karena jelas kedatangannya ke rumah pasti tidak disukai. Ironisnya lagi, padahal ia dulu setiap malam sibuk mempersiapkan RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk mengajar di pagi harinya, tapi justru sekarang ia sibuk membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Penagihan). Belum tahu pasti, seberapa banyak teman yang bernasib sama sepertinya. Seharusnya ia jadi guru di sekolah, akan tetapi karena sempitnya lahan pekerjaan guru sekarang memaksa ia beralih profesi sebagai CE. 
        Guru yang seharusnya ia di gugu lan di tiru karena nasib berkata lain, ia pun di sekarang di guyu lan di laru (ditertawakan dan digoda). Meski bagaimana pun juga, karena ia menganggap itu pekerjaan halal sampai sekarang dan mungkin selamanya ia akan tetap menjalaninya. Teman saya di atas merupakan salah satu tidak adanya transparansi dari pihak pengelola pendidikan, terutama sekolah-sekolah swasta. Era globalisasi ini mengakibatkan sistem pendidikan kita tidak bersih dan semakin tidak jelas arah dan tujuannya. Hal ini bisa dibuktikan ketika mau memasuki tahun ajaran baru, hampir setiap sekolah, terutama sekolah swasta saling mencari sensasi dan memikat masyarakat dengan memasang spanduk “Menerima Peserta Didik baru”di sana sini, baik di desa maupun kota dalam hal ini tidak ada bedanya. Banyak yang mereka unggulkan, seperti fasilitas terlengkap, bebas uang gedung, bebas biaya pendaftaran, dan program-program lainnya. 
        Bahkan sebagian mereka ada yang menjanjikan kualitas guru yang profesional dan bilingual. Meskipun ketika ada sertifikasi guru para guru-guru profesional tersebut pada kalang kabut bingung dengan sendirinya. Akhirnya pun masyarakat sama berbondong-bondong mendaftarkan putra putrinya yang dinilai unggul dalam spanduk tersebut. meski sebagian orang tua ada yang mengeluh karena anaknya disekolahkan semakin pintar justru semakin cerdas membantah orang tuanya sendiri. Tahun ajaran baru sama artinya dengan menambah keuangan sekolah. Nah, realita ini coba kita refleksikan dengan rekrutmen gurunya. Mana ada sekolah yang terang-terangan memasang spanduk “Menerima Guru Baru”. Kecuali sekolah yang mau di buka, spanduk tersebut bisa dipastikan tidak ada sama sekali. Hal ini atas pertimbangan terlalu repot, juga untuk meminimalisir anggaran sekolah. Padahal kalau dipikir secara positif, mestinya tidak ada masalah dengan mengeluarkan biaya sedikit, namun berpeluang mendapatkan kualitas guru yang benar-benar diharapkan. Terutama guru-guru muda yang masih kaya akan teori-teori pembelajaran yang konstruktif. Ibarat buku, tentu buku-buku terbitan baru yang paling diminati para pembacanya dibanding buku-buku lama yang mungkin isinya sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. 
        Dalam hal ini, banyak juga kan guru-guru yang menggunakan metode lama dalam mengajarnya sehingga membuat peserta didik jenuh dan membosankan. Transparansi rekrutmen guru selama ini masih belum Nampak. Meski sebagian sekolah sudah ada yang mau membuka lowongan di iklan-iklan kecik surat kabar atau di internet. Itu pun jika ada anggarannya. Kalau tidak, jalan satu-satunya adalah dari mulut ke mulut. Bahkan ada sekolah yang kebanyakan para gurunya masih ada tali kekerabatan. Kepala sekolah sebagai ketua besar, para pengurus dijabat oleh adik-adik atau kemenakannya dan para gurunya diisi anak sendiri atau anak dari saudara, dan seterusnya. Sehingga masyarakat sering menamai sekolah tersebut dengan sekolah keluarga. Padahal, sebenarnya pembangunan itu menggunakan uang masyarakat. 
        Untuk mengatasi masalah sempitnya lahan guru ini tentunya harus mengubah sistem yang ada, baik sistem pelaksanaan rekrutmen di perguruan tinggi maupun di sekolah. Di samping setiap perguruan tinggi harus membatasi jumlah mahasiswa yang diterima, pihak sekolah pun juga harus bersikap terbuka pada siapapun perihal informasi lowongan guru. Tidak kalah pentingnya, dalam hal ini sangat dibutuhkan semacam portal informasi lowongan guru karena selama ini portal lowongan tersebut hanya ada ketika pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS). Berkiatan dengan sempitnya lahan pekerjaan guru ini, sedikit para guru-guru muda menghela nafas lega. 
        Nampaknya, pemerintah mempunyai program merekrut ribuan sarjana untuk dijadikan guru di pelosok Indonesia. Terhitung sebanyak 12 LPTK yang ikut meramaikan program yang bertema ”maju bersama mencerdasakan Indonesia” ini. tidak kurang dari 3.500 sarjana se-Indonesia akan ditempatkan di daerah-daerah pelosok yang masuk dalam kategori 3 T, yakni terdepan, terluar dan tertinggal. Wilayah tersebut antara lain Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Pendaftaran secara resmi dibuka tanggal 20 Oktober – 29 Oktober 2011. Kemudian diadakan penyeleksian tanggal 30 Oktober – 1 November 2011. Lama penempatan mengajar tersebut, menurut infonya hanya setahun kemudian sepulangnya dari tempat mengajar tersebut direkomendasikan untuk bisa mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan dibiayai pemerintah. 
        Tentu ini sebuah tantangan, pertama, harus meninggalkan keluarga dan istri kalau sudah menikah. Kedua, mengorbankan aktivitas keseharian, entah di organisasi, pertokoan, dan lain sebagainya. Ketiga, mengajar anak didik yang berbeda adat, bahasa dan budaya. Keempat, mengajar peserta didik yang ber SDM rendah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan. 
        Masih banyak lagi tantangan-tantangan lainnya dan kemungkinan para guru-guru muda yang sempat meliriknya pun jangan hanya berpikir sekali untuk mengikuti seleksinya. Pasalnya, persiapan yang dibutuhkan bukan hanya materi melainkan juga mental. Kekuatan mental dalam hal ini menjadi kuncinya. Apalagi dikabarkan dengan mengikutinya dapat bonus PPG. Padahal fakta di lapangan, pembinaan dan pelatihan guru di Indonesia terasa mandek, berjalan di tempat, bahkan cenderung mundur (SM,12/10/11). 
        Hal ini langsung disampaikan oleh ketua PGRI Dr. H. Sulistiyo, M.Pd saat memberi sambutan pada acara peringatan hari guru internasional tanggal 5 Oktober di gedung PB PGRI Jakarta. Pembinaan profesi guru ibarat barang langka yang sangat sulit dijumpai di daerah-daerah. Para guru tetap saja jarang memperolehnya, apalagi guru sekolah swasta dan guru honorer. Bahkan ini apalagi yang sebelumnya belum mengajar, kemudian diiming-imingi PPG jika mau berangkat mengajar di daerah tertinggal. Yang sudah ada saja tidak dijalankan, kok car peserta baru. Apa ini yang dimaksudkan pemerintah untuk mengurangi pengangguran terdidik tenaga kependidikan? Jika memang benar, khususnya warga Jawa Tengah agaknya sedikit berseberangan denga jargon Gubernurnya, “Bali Deso Mbangun Deso”. Para guru muda yang berharap setelah lulus kemudian ke desanya masing-masing ternyata belum ada kursi untuknya. Bagaimana mau Mbangun Deso? Sekian tahun menunggu kursi di desanya, tapi justru ini mau dikirim ke daerah tertinggal di luar pulau sana. Harusnya pemerintah, dalam hal ini, mengadopsi sistem yang sudah diterapkan oleh Unissula Semarang yang sudah menerapkan program cerdas sultraku (Sulawesi Tenggaraku) 2011. 
        Yang dilakukannya bukan para lulusannya untuk dikirim ke daerah terpencil, melainkan Unissula merekrut anak-anak Sulawesi kurang lebih 1.000 orang untuk kuliah di kampusnya di Semarang dengan beasiswa penuh. Harapannya, setelah mereka kembali nanti akan mampu membangun daerahnya sendiri. Bukan membangun yang cuma relatif dalam waktu satu tahun, kemudian ditinggal pergi. Hal ini rasa-rasanya menghambur-hamburkan uang Negara untuk hal yang tidak efektif. Jika Unissula mampu menjaga dan mengembangkan potensi anak didik keluarga miskin (anak nelayan dan anak sopir di sultra) untuk mengenyam pendidikannya di fakultas kedokteran, mengapa pemerintah tidak berbuat demikian. Inilah era otonomi daerah, yang seharusnya digunakan oleh stake holder daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing yang belum tersentuh. Ternasuk mengenai pendidikan karena faktor inilah yang penting untuk dikembangkan.

Kamis, 22 Maret 2018

MENGAPA ORANG DIKATAKAN "TEGA"?

                                             Oleh : Miftahudin
Ingin dihargai, dihormati dan tidak diremehkan merupakan kebutuhan kita dalam bersosial di masyarakat. Menghargai, menghormati dan memuliakan orang lain itu juga merupakan keharusan yang wajib kita lakukan. Jika ingin dihargai, maka hargailah orang lain dahulu. Jika ingin dihormati, maka hormatilah orang lain dahulu. Dan jika ingin tidak disepelekan, maka jadilah orang yang jujur. Kejujuran adalah mahkota jiwa paling berharga. Tanpanya apalah artinya sebuah kehidupan ini.  Meski demikian, terkadang kebaikan sering disalah artikan. Klaim-klaim yang tidak benar, dengan bebasnya bersarang di kehidupan kita. Barangkali inilah yang disebut “tega”. Tega dalam arti bersikap dan berperilaku di luar nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam rangka menghargai dan menghormati orang lain, tentu tak semudah yang kita bayangkan. Banyak dinamika yang akan terjadi untuk menguji kepercayaan kita terhadap orang lain. Ujian tersebut salah satunya adalah salah penilaian. Penilaian kita ini hanya ada 2 jawaban, yakni benar atau salah. Jika benar, maka penilaian kita cermat. Tentu ini dengan pembuktian yang benar. Jika itu salah, maka penilaian kita kurang cermat. Dan kita telah salah sangka terhadapnya. Salah sangka tersebut jika diikuti perbuatan fisik, maka itu dzalim atau dalam bahasa lain, “si A sudah “tega” sama si B dengan menuduhnya sebagai pencuri, padahal dia hanya lewat di jalan itu”. Dengan demikian, apa yang kita sampaikan jika orang lain mendengar, adalah fitnah. Maka, hati-hatilah dalam bersangka.
Di dunia ini, ada 2 makna konotatif yang saling berlawanan satu sama lain. Baik dan buruk, benar dan salah, jujur dan bohong, bersih dan kotor, syurga dan neraka, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan sikap dan perilaku kita sehari-hari. Jika dinilai, yaaa antara 2 makna di atas. Misalnya, kita menilai orang dalam lingkaran jujur atau bohong. Yang akan kita dapatkan adalah karakter orang tersebut dibawah ini:

A. Dari sudut yang dinilai
1.    Orang jujur berkata jujur
Karakter ini yang harus kita lakukan. Berkatalah jujur, meski itu pahit. Kejujuran yang akan membawa ketenangan hati, kenyamanan dalam bertindak dan kedamaian dalam bersosial. Memang tidak mudah, untuk selalu jujur  dalam segala hal, apapun itu. Sekali lagi, tidak mudah. Namun, Allah SWT senantiasa memberikan kepercayaan kepada untuk selalu berusaha-berusaha dan berusaha. Maka, tidak ada kata lain, kecuali mari kita selalu berusaha jujur. Jujur itu tenang, jujur itu nyaman, jujur itu damai, jujur itu sejahtera, jujur itu syurga.

2.    Orang jujur berkata bohong
Karakter ini saya pikir aneh, tapi fakta dan terkadang terjadi di sekeliling kita. Masing-masing orang punya alasan masing-masing, dan saya tidak berani menyalahkan atau membenarkannya. Misalnya, handphone istri Andi rusak. Andi pun berniat membelikannya. Andi tahu kalau HP istrinya yang rusak itu tidak bagus, maka niat Andi membelikan HP istrinya tersebut dengan HP yang lebih bagus dari sebelumnya. Namun, niat ini terhalang dengan karakter istri yang pola pikirnya ekonomis. Maka, Andi tetap membelikan HP dengan yang lebih bagus, tetapi dengan mengurangi harga belinya. Tujuan Andi adalah untuk meredam supaya istrinya tersebut tidak marah. Supaya senyum bahagianya lebar tanpa terkurang sedikitpun. HP yang dibeli Andi harga Rp. 1.300.000, tetapi dalam kwitansinya diminta diisi hanya 1.000.000 saja. Andi tetap membayar sesuai harga, tetapi diturunkan harganya didepan istri. Demikian, saya katakan ini pengorbanan Andi, buka kebohongan Andi. Andi lebih baik menolak madlorot, dan tetap membuat istri bahagia. Kalau menurut Anda tidak, ya silahkan.


3.    Orang bohong berkata jujur
Aneh, batasan kejujuran dan kebohongan dalam hal ini semakin kabur. Saya pikir ini, kebohongan tingkat tinggi. Bayangkan, bagaimana kita menganggap seseorang yang sudah terbiasa berbohong, tetapi pengungkapannya dengan cara jujur. Kita tetap menggunakan dasar praduga tak bersalah, atau dengan bahasa lain saya katakan tidak ada pembohong di dunia ini. Namun, sebelum ada bukti nyata yang menunjukkan kebohongan itu. Misal, contoh sederhana saat ibu bertanya kepada anak anaknya dengan pertanyaan semacam ini, “Nak, Pekerjaan Rumahnya sudah dikerjakan”. Dengan tegas anak-anak kita menjawab, “aku sudah mengerjakan Matematika Bu. Soalnya tidak mudah, tapi aku bisa bu”. Jawabnya. Nah, jawaban anak, sebenarnya belum menjawab pertanyaan ibu tadi. Bisa jadi anak tersebut sudah mengerjakan PR, bisa jadi juga belum. Anak dengan kemampuannya sendiri ingin menutupi Prnya yang belum dikerjakan, tetapi ia menjawab dengan jawaban yang tidak salah. Bis ajadi anak tersebut, siang atau sore harinya memamg betul-betul sudah mengerjakan soal Matematika. Meski Prnya dikehendaki sebenarnya bukan Matematika. Nah, pola orang bohong berkata jujur seperti ini biasanya dilakukan oleh para politisi-politisi kita.


4.    Orang bohong berkata bohong
Orang bohong cenderung menutup kebohongannya. Orang bohong tidak suka apa yang ditutupi itu diketahui oleh orang lain. Sehingga dia melakukan cara apapun untuk menutupinya. Dalam terminologi psikologis, saya katakan bahwa seseorang yang sekali saja berbohong, maka ia akan berbohong untuk kedua kali dan seterusnya sampai apa yang ditutupinya itu tersimpan rapat-rapat. Karakter seperti ini justru umum dilakukan oleh orang yang bohong. Orang bohong biasanya bohong dalam perkataannya. Meski bahagaimanapun, kita tidak boleh menjustice bahwa seseorang tersebut sebagai pembohong.

B.    Dari sudut penilai
1.    Orang jujur disangka bohong
Saya pikir berbahaya jika persangkaan seperti ini dilakukan. Bayangkan, orang yang sudah berkata jujur tapi tetap disangka bohong. Jika hanya sekali atau dua kali memberi pernyataan jujur, tetap saja disangka dibohong. Bahkan mungkin sampai berkali-kali tetap disangka bohong, ini bagaimana? Contoh seperti ini banyak terjadi di pengadilan. Bagaimana jika si Hakim tidak sabar mengadili terdakwa, meski bukti yang dikumpulkan belum kuat, tetapi sudah diambil keputusan, bahwa terdakwa adalah yang bersalah. Tentu hal semacam ini menyalahi ketentuan hukum yang berlaku. Terus bagaimana? Ya proses pembuktian harus terus dilanjutkan sampai minimal bisa membuktikan kesalahannya dengan 2 alat bukti. Jadi, berhati-hatilah dengan sebuah persangkaan. Persangkaan kita terhadap seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku kita kepadanya. Apa yang kita pikir, sangat mempengaruhi apa yang kita ucapkan. Apa yang kita ucapkan, mempengaruhi apa yang kita lakukan. Apa yang kita lakukan itu adalah representase dari persangkaan kita.
2.    Orang bohong disangka jujur
Karakter yang seperti ini juga berbahaya. Yang ketiga ini kebalikan dari yang pertama. Orang jujur disangka bohong, sebaliknya orang bohong disangka jujur. Faktanya, perilaku-perilaku bohong bukan hanya ditunjukkan oleh orang suka bohong, melainkan orang jujur saja terkadang bohong. Selalu jujur, juga belum tentu tidak pernah berbohong. Jadi, sekali bohong disangka jujur. Fenomena semacam ini kerapkali terjadi juga pada ranah perpolitikan di tanah air. Tokoh yang selama ini dikenal dengan kejujurannya, kampanye dengan program-programnya yang luar biasa, tiba-tiba terciduk oleh KPK dengan nilai korupsi hingga ratusan juta rupiah. Kita harus berterimakasih dengan KPK karena telah berhasil mengungkap praktik-praktik kotor tersebut. Jika tidak KPK, orang-orang bohong berkerah putih akan terus menggerogoti uang rakyat yang seharusnya menjadi haknya.

Nah, mengapa saya buat 2 kategori? Tak lain karena kita harus memisahkan antara persangkaan dan realitas, firasat dengan fakta. Bahkan fakta sendiri itu juga harus bisa mengungkap kenyataan yang benar-benar terjadi, bukan hanya fakta persangkaan. Jika fakta persangkaan, maka itu bukan fakta, melainkan firasat. Jangan sampai salah diagnosa dalam memutuskan suatu masalah.

Dalam memutuskan suatu masalah harus mengacu pada kaidah-kaidah kebenaran. Kebenaran yang bagaimana? Meski tidak ada kebenaran absolut,  apalagi kebenaran firasat. Yang ada hanya kebenaran empiris atau kebenaran ilmiah. Ini pun masih kita katakan tidak absolut, mengapa? Karena kebenaran hanya milik Allah SWT. Jadi, bayangkan jika pengambil keputusan ini menggunakan kebenaran firasat sebagai dasar berpikirnya, maka bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi. Pengambil keputusan jika berlandaskan pola pikir seperti ini akan membawa pada permasalahan baru, bukan menyelesaikan masalah.

Jadi, mengapa orang bisa dikatakan tega dalam hal ini adalah orang yang menilai bohong orang jujur dan orang jujur disangka bohong. Saya pikir ini bukan masalah sepele karena ada karakter yang dimatikan disana. Karakter jujur dimatikan, karakter bohong yang dikedepankan. Orang bohong seolah-olah jujur dan sebaliknya orang jujur disangka bohong. Mungkin saja, inilah yang disebut pembunuhan karakter. Karakter yang sebenarnya ditutup-tutupi dengan karakter sangkaan yang dialamatkan padanya. Semoga kita terhindar dari persangkaan-persangkaan yang demikian ini.


Selamat Membaca

Minggu, 18 Maret 2018

KEUTAMAAN PUASA SUNNAH BULAN RAJAB


Alhamdulillah, sebentar lagi akan datang hari yang sangat mulia sekali, yakni tanggal 1 Rajab. Nama lain Bulan Rajab adalah Syahrullah, Syahrul istighfar, Syahrul 'Ashom atau Syahrul 'Ashob. Pada tahun 2018 ini, tanggal 1 Rajab jatuh pada Hari Senin, 19 Maret 2018.

Amalan - Amalanipun :;

1). Baca


فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا


رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ   × ٧٠


(Dibaca 70 kali setelah Shalat Subuh & Maghrib dalam posisi masih Duduk Takhiyat Akhir)


(Amaliyah Ijazah Guru Mulia Almaghfurlah KH. Muhammad Anwar Basya Bin Abu Bakar Asnawi)


Fadhilah :
Barang siapa yang membaca Doa ini selama bulan Rojab maka ia tidak akan tersentuh api neraka, Diampuni dosa - dosanya oleh Allah SWT sebanyak apapun & Akan memperoleh welas asih kasih sayang Allah SWT...


2). Puasa 10 hari awal bulan ( tgl 1 sampai 10 Rajab) Terutama 3 Hari Awal Bulan


(Amaliyah Ijazah Guru Mulia Almaghfurlah KH. Muhammad Anwar Basya Bin Abu Bakar Asnawi)


Fadhilah :

- Barang siapa Puasa 1 Hari (hari pertama) Karena Allah SWT dan Iman,

maka dapat menebus Dosa (kafaroh) selama 3 Tahun..

Dan dapat dipastikan keridhaan Allah SWT yang besar padanya serta akan diberi pahala orang ibadah seumur hidup (paginya puasa & malamnya Ibadah)


- Bila Puasa 2 hari :

maka dapat menebus dosa selama 2 tahun..

Dan akan diberi pahala yang sangat banyak & besar sampai ahli langit dan bumi tidak bisa menghitungnya


- Bila Puasa 3 hari :

maka dapat menebus dosa selama 1 Tahun..

Dan akan diselamatkan dari malapetaka (Balak) dunia & siksa Akhirat..

Dan akan terbebas dari penyakit gila, kusta sejenisnya serta dari ancaman Dajjal


- Bila puasa hari ke 4 dan seterusnya :

maka dapat menebus dosa selama 1 bulan..


- Bila Puasa 7 hari :

maka tertutuplah baginya 7 pintu neraka jahanam sehingga tidak akan masuk kedalamnya..


- Bila Puasa 8 Hari :

maka terbukalah 8 pintu surga sehingga dapat masuk kedalamnya..


- Bila Puasa 10 :

maka segala permohonannya akan dikabulkan Allah SWT..


- Bila Puasa setengah Bulan :

Maka diampuni dosa-dosa terdahulu amal buruknya diganti dengan amal baik..

...


3). Perbanyak baca Istighfar terutama SAYYIDUL ISTIGHFAR


اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ


(Amaliyah Ijazah Guru Mulia Almaghfurlah KH. Muhammad Anwar Basya Bin Abu Bakar Asnawi)


Fadhilah

- Barang siapa baca di waktu sore lalu ia wafat dimalam itu, maka ia masuk surga

Dan bila di baca di pagi hari lalu ia wafat di hari itu maka ia masuk surga..

...


4). Perbanyak baca Doa


اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَاَعِنَّا عَلَى الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ


(Amaliyah Ijazah Guru Mulia AlHabib Abdul Qodir Bin Ali Bin Al Imamul Qutb Ghoust AlHabib Abu Bakar Assegaf Gresik)


Fadhilah

- Barang siapa yang mau membaca Doa tersebut, maka akan diberi Barokah Rizkinya, Umurnya, Anak keturunannya dan Diampuni dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya serta mendapat Rahmat keridhoan Allah SWT..

...


5). Baca


سُبْحَانَ اللّٰهِ الْحَيِّ الْقَيُّومْ   × ١٠٠


(Dibaca pagi sore 100 kali mulai Tanggal 1 sampai 10 Rajab)



سُبْحَانَ اللّٰهِ الْأَحَدِ الصَّمَدْ   × ١٠٠


(Dibaca pagi sore 100 kali mulai Tanggal 11 sampai 20 Rajab)



سُبْحَانَ اللّٰهِ الرَّؤُوفْ   × ١٠٠


(Dibaca pagi sore 100 kali mulai Tanggal 21 sampai 30 Rajab)


(Amaliyah Ijazah Guru Mulia AlHabib Abdul Qodir Bin Ali Bin Al Imamul Qutb Ghoust AlHabib Abu Bakar Assegaf Gresik)


Fadhilah

- Barang siapa yang mau mengamalkanya maka akan diberi pahala yang tidak bisa disifati karena sangat banyaknya..


6). Baca


اَحْمَدُ رَسُوْلُ اللّٰهِ ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ    × ٣٥


(Dibaca 35 Kali pada hari Jum'at terakhir bulan Rojab saat Khotib diatas mimbar)


(Amaliyah Ijazah Guru Mulia AlHabib Ahmad Bin Abu Bakar Bin Ali Bin Al Imamul Qutb Ghoust AlHabib Abu Bakar Assegaf Gresik)


Fadhilah

- Barang siapa yang mengamalkannya, maka tidak akan terputus uang di tangannya ditahun itu (Diberi kejembaran Rizki uang)

...


7) perbanyak baca ISTIGHFAR RAJAB


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ


اَسْتَغْفِرُاللّٰهَ اْلعَظِيْمَ  ٣×

اَلَّذِيْ لآاِلَهَ اِلاَّ هُوَاْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ

مِنْ جَمِيْعِ اْلمَعَاصِيْ وَالذُّنُوْبِ، وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ مَاكَرِهَ اللّٰهُ قَوْلاً وَفِعْلاً وَسَمْعًا وَبَصَرًا وَّحَاضِرًا،


اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَمَااَخَرْتُ وَمَااَسْرَفْتُ وَمَااَسْرَرْتُ وَمَااَعْلَنْتُ وَمَااَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ اَنْتَ اْلمُقَدِّمُ وَاَنْتَ اْلمُؤَخِّرُ وَاَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،


اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ تُبْتُ اِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيْهِ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَااَرَدْتُ بِه وَجْهَكَ اْلكَرِيْمَ فَخَالَطْتُهُ بِمَالَيْسَ لَكَ بِهِ رِضًى،


وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَا وَعَدْتُكَ بِه نَفْسِيْ ثُمَّ اَخْلَفْتُكَ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَادَعَالِيْ اِلَيْهِ اْلهَوَى مِنْ قَبْلِ اْلرُّخَصِ مِمَّااشْتَبَهَ عَلَيَّ وَهُوَعِنْدَكَ مَحْظُوْرٌ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِيْ اَنْعَمْتَ بِهَاعَلَيَّ فَصَرَفْتُهَا وَتَقَوَّيْتُ بِهَاعَلَى اْلمَعَاصِيْ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لاَيَغْفِرُهَا غَيْرُكَ وَلاَيَطَّلِعُ عَلَيْهَااَحَدٌ سِوَاكَ وَلاَيَسَعُهَا اِلاَّ رَحْمَتُكَ وَحِلْمُكَ وَلاَيُنْجِيْ مِنْهَااِلاَّ عَفْوُكَ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ يَمِيْنٍ حَلَفْتُ بِهَا فَحَنَثْتُ فِيْهَا وَاَنَاعِنْدَكَ مَأْخُوْذٌ بِهَا،


وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ عَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ مِنْ كُلِّ شَيِّئَةٍ عَمِلْتُهَا فِى بَيَاضِ النَّهَارِوَسَوَادِ الَّيْلِ فِى مَلاَءٍ وَخَلاَءٍ وَسِرٍّ وَعَلاَنِيَةٍ وَاَنْتَ اِلَيَّ نَاظِرٌ اِذَارْتَكَبْتُهَا تَرَى مَآاَتَيْتُهُ مِنَ اْلعِصْيَانِ بِهِ عَمْدًا اَوْ خَطَأً اَوْنٍسْيَانًا يَاحَلِيْمُ يَاكَرِيْمُ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ


رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ،


وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ فَرِيْضَةٍ وَجَبَتْ عَلَيَّ فِى اَنَآءِ الَّليْلِ وَاَطْرَافِ النَّهَارِ فَتَرَكْتُهَا عَمْدًا اَوْ خَطَأً اَوْنِسِيَانًا اَوْ تَهَاوُنًا وَاَنَا مَسْئُوْلٌ بِهَا وَمِنْ كُلِّ سُنَّةٍ مِنْ سُنَنِ سَيَّدِاْلمُرْسَلِيْنَ وَخَاتَمِ النَبِيِّيْنَ مُحَمَّدٍ وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً اَوْسَهْوًا اَوْ جَهْلاً اَوْ تَهَاوُنًا قَلَّتْ اَوْكَثُرَتْ وَاَنَا عَائِدٌ بِهَا،


وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ سُبْحَانَكَ رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ لَكَ اْلمُلْكُ وَلَكَ اْلحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ وَاَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ اْلمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ،


وَلاَحَوْلَ وَقُوَّةَ اِلاَّبِاللّٰهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ


وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا


وَاْلحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ


(Amaliyah Ijazah Guru Mulia Almagfurlah KH. Muhammad Anwar Basya Bin Abu Bakar Asnawi)


Fadhilah
- Nabi SAW bersabda : Barang siapa yang membaca Istighfar Rajab, maka akan dibangunkan 80 negeri di surga, setiap negeri mempunyai 80 mahligai, setiap mahligai mempunyai 80 rumah, setiap rumah mempunyai 80 kamar, setiap kamar ada 80 bantal dan setiap bantal 80 bidadari..

- Nabi SAW, juga bersabda kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. : "wahai Ali, tulislah Raja Istighfar ini, karena siapa yang membacanya, atau menyimpan tulisannya didalam rumah, atau pada harta bendanya, atau tulisan itu dibawa kemana saja ia pergi, maka Allah SWT memberi kepadanya pahala 80000 nabi, 80000 shiddiqin, 80000 Malaikat, 80000 orang mati syahid, 80000 orang beribadah Haji Dan pahala membangun 80000 masjid..

- Dan barang siapa yang membacanya sebanyak 4 kali atau 2 kali sepanjang hidupnya, maka akan diampuni dosanya oleh Allah SWT, walaupun ia ditetapkan akan masuk neraka..


Oleh karena itu, sebaiknya ISTIGHFAR RAJAB ini dibaca setiap malam atau siang, agar memperoleh pahala sebesar itu...


Guru Mulia Almaghfurlah KH. Muhammad Anwar Basya Bin Abu Bakar Asnawi menganjurkan untuk membaca ISTIGHFAR RAJAB setelah Shalat malam atau setelah Shalat Dhuha atau sebisanya minimal sehari dibaca Satu kali kapanpun & Dimanapun terutama selama Bulan Rajab..




Selamat Membaca

Sabtu, 17 Maret 2018

ADAKAH "PEMBOHONG" DI DUNIA INI?

Oleh : Miftahudin

Satu sifat yang paling tidak disukai semua orang, salah satunya adalah bohong. Semua pekerjaan yang mengandung unsur tersebut tidak akan sempurna dan biasanya membawa efek negatif, baik yang berbohong maupun yang dibohongi. Yang berbohong kepercayaan padanya akan berkurang, sedangkan yang dibohongi akan tersulut emosionalnya. Namun, apakah benar jika yang berbohong itu kita katakan sebagai pembohong?

Dalam sebuah artikel, Handoko Gani, “suka berbohong = pasti berbohong lagi di masa akan datang” adalah persepsi yang seringkali terjadi di sekeliling kita. Dan persepsi inilah salah satu persepsi yang membuat Anda salah deteksi apakah teman Anda berkata/berperilaku jujur atau bohong”. Tegasnya.
Ia menilai, persepsi bahwa orang yang terbiasa berbohong akan selalu berbohong itu justru akan merusak pemikiran kita terhadapnya. Seolah-olah kita menutup diri tentang informasi yang sebenar-benarnya yang bisa kita gali pengakuannya. Handoko menyebut cara pandang seperti ini bagaikan “hidung pinokio” yang pasti memanjang ketika ia berbohong. Ketika si A yang ngomong, pasti bohong. Ketika si A ngomong nya seperti itu, si A pasti bohong. Kalau disuruh percaya si A atau B yang bohong, pasti si A yang bohong, karena dia sering berbohongSementara kita tahu, kalau cerita Pinokio itu tidak nyata dalam kehidupan sebenarnya. Cerita itu untuk melatih pola pikir anak-anak kita untuk selalu jujur, buka menutup kebenaran bagi orang-orang dewasa seperti kita. 

Sebagai pendidik, saya setiap hari menemui ratusan peserta didik dengan berbagai sikap dan perilakunya. Dengan latar belakang yang berbeda pula, mereka terkadang sudah bisa menutupi apa yang mereka lakukan sebenarnya. Tentu banyak faktor yang mendukung, mengapa peserta didik dengan usia yang masih belia tersebut mampu berbohong. Bahkan dengan orang tua atau gurunya sendiri. Sikap dan perilaku mereka terbentuk atas kondisi keluarga, lingkungan dan pergaulan mereka kesehariannya. Semakin luas pergaulan mereka, maka mereka semakin banyak pula referensi untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Mereka sebenarnya tahu apa yang mereka lakukan tidak benar, tahu ada aturan yang mereka langgar dan tahu akan sanksi yang diterima olehnya. Namun, karena banyak referensi sikap yang mereka punya, akhirnya mendorong mereka untuk menutupi kesalahan tersebut.

Kejadian diatas seringkali dialami oleh peserta didik, dan termasuk saya yang seringkali mengalami hal tersebut. Terkadang saya dalam hati, berguman kalau anak tersebut bohongnya sudah tidak terhitung saking banyaknya. Bahkan dengan berat hati saya ingin katakan kalau anak tersebut pembohong. Namun, cepat cepat pikiran ini saya hapus dan terus mencari sisi positifnya supaya do’a baik saya selalu menyertainya untk menjadi anak yang sholeh.  

Suatu ketika, ada pendidik dari Sekolah tetangga, sebutlah Pak A, yang datang ke sekolah kami dengan membawa secarik kertas yang bertuliskan 4 nama. Beliau mengungkapkan apa tujuan datang ke sekolah kami, dengan bahasa yang agak menggebu-gebu, beliau ingin dipanggilkan dengan anak-anak berikut. Beliau sebut satu persatu anak yang dimaksud. Hampir saja beliau lupa saking semangat, alasan minta dipanggilkan anak tersebut karena apa. Untung saja sayang ingatkan. Namun, sejujurnya sebelum beiau menyebutkan nama, saya sudah menebak pasti anak-anak saya “yang itu”, yang sering berbohong dan bermasalah. Ternyata benar yang dimaksud adalah anak-anak tersebut. 

Dengan nada yang agak tinggi, beliau menyampaikan bahwa keempat anak tersebut telah melakukan hal-hal yang tidak baik terhadap anak didiknya. Karena kejadian ini dianggap tidak sekali ataupun dua kali, maka beliau beranika diri datang ke sekolah. Dan atas pernyataan beliau, saya tidak bisa langsung memanggil anak tersebut sebelum saya tahu pasti kejadian yang sebenarnya. Saya pun memenaggil mereka, tapi di ruang sebelah. Saya tanya mereka sesuai asumsi dari Pak A, ternyata mereka tidak mengakui. Saya tanya lagi, mereka juga tidak mau mengakuinya. Pertanyaan saya yang ketiga dan keempat pun sama tidak ada yang mengakuinya. Saya tahu mereka punya kebiasaan berkata tidak jujur. Saya pun saat itu belum percaya sepenuhnya. Akhirnya, saya pun mengajak anak anak tersebut langsung menemui Pak A yang mencarinya. Pak A pun langsung menenayakan perihal kenapa melakukan hal yang tidak baik kepada anak didiknya yang bernama B. Satu persatu anak didik saya menjawab, dan tidak satu pun yang mengakuinya. Di tanya sekali lagi, jawabannya sama. Dan kejadian ini sampai berulang berkali-kali dan saya pun agak kewalahan mengatasinya. Saya minta sekali lagi untuk jujur, sambil menangis salah satu diantara mereka menjawab justru kami yang diperlakukan tidak baik oleh anak didik Pak A. Dituduh mencoret tembok, dan disuruh mengganti dengan mengecatnya sendiri. Mereka seringkali diperlakukan tidak baik dan seringkali juga dimintai uang. Akhirnya, saya yang asalnya tidak percaya sama anak anak, justru sebaliknya. Saya merasa iba pada mereka dan sudah salah menilai dalam hal ini. Pak A pun pulang dan sepertinya kurang begitu puas dengan jawaban anak-anak.
Dari kejadian ini, saya mulai agak tertarik mempelajari gerak bibir untuk mendeteksi kebohongan. Prinsipnya jelas, “barang siapa yang suka berbohong, tidak akan dipercaya”. Sebagaimana cerita fabel yang kita kenal “Si Kelinci Pembohong”. Dimana kelinci suka berbohong pada teman-temannya di hutan kalau ada Singa datang. Temannya pun lari terbirit-birit, Si Kelinci pun tertawa terbahak-bahak. Hal sama pun ia lakukan pada teman-temannya yang lain. Dan giliran ia yang meminta tolong dengan menjerit-jerit kalau ia dikejar Singa, tak ada satu pun teman yang percaya karena mereka pikir pasti kelinci berbohong lagi. Tapi ternyata kejadian itu betulan, Si Kelinci pun akhirnya mati oleh Singa.

Barangkali Anda juga pernah mengalaminya, atau memperlakukan teman, sahabat, atau bahkan anak sendiri dengan cara seperti itu. Ada seseorang yang suka berbohong. Namun, ketika dia jujur, justru dianggap bohong. Terus kira-kira bagaimana cara untuk mendeteksi kebohongan? Apakah yang sudah terbiasa berbohong, bisa kita sebut pembohong? Atau justru yang jujur, dianggap bohong, terus dikatakan pembohong? 

Handoko Gani mengingatkan, bahwa di dalam ilmu kriminologi diajarkan bahwa setiap orang punya potensi berbuat jahat. Yang tidak bisa berbuat jahat hanya Sang Pencipta. Sehingga kemungkinan besar sekali setiap orang berpotensi tidak jujur. Bahkan dalam ilmu psikologi pun, diajarkan bahwa kebohongan bersifat kontekstual. Si A yang pernah berbohong, atau bahkan seringkali berbohong, belum tentu akan berbohong lagi pada konteks moment saat ini, atau pada konteks topik tertentu, atau konteksnya saat berbicara di hadapan orang tertentu, misalnya atasan yang ia segani, pimpinan perusahaan, dan lainnya. 

Bahasa lain yang bisa kita gunakan untuk mengungkapkan cara pandang diatas adalah tidak manusia yang bisa dinyatakan sebagai seorang “Pembohong”. Saya ulangi, tidak ada. Sampai hari ini tidak ada riset yang mengatakan bahwa orang tertentu lebih sedikit berbohong daripada orang lain, sekalipun memang ada riset yang mencoba meminta responden menulis jumlah kebohongan masing-masing. 
Lebih lanjut, Handoko menjelaskan bahwa kenyataannya manusia memang makhluk pelupa, dimana ia bisa lupa kebohongan apa yang terakhir ia lakukan, apakah si X adalah seorang PEMBOHONG dan Anda bukanlah seorang PEMBOHONG? Berdasarkan riset, manusia telah mulai berbohong sejak usia 2 tahun (Fritz and Hala, 1989). Riset De Paulo, Kashy et al (1996) juga menemukan bahwa dalam salah satu dari 4 kegiatan/interaksi sosial, seseorang berbohong kepada 3 dari 10 orang yang mereka temui. Dan, akhirnya Tyler et al. (2006) menemukan bahwa dalam 10 menit percakapan, 78% orang berbohong sebanyak 2-3 kali. 

Sehingga jelas bahwa persepsi seringkali berbohong = Pembohong adalah persepsi yang perlu diperbaiki. Tidak ada manusia dengan bentuk wajah tertentu, bentuk fisik tertentu, karakter tertentu, cara berjalan tertentu, cara berbicara tertentu yang pasti selalu berbohong dalam konteks apapun. Kecuali, ia menderita sakit jiwa. Atau dalam istilahnya handoko, ia sebut sebagai kelainan Schizophrenia atau Mythomania, yang mana perlu dibuktikan dengan test psikologi.

6 hal penting dari cerita diatas, yaitu :
1. Berkatalah jujur, meski itu pahit. Jika tidak bisa berkata jujur, janganlah merugikan orang yang sudah mempercayai kata-kata Anda.
2. Setiap orang berpotensi membohongi Anda, termasuk Anda sendiri. Bahkan, sekalipun seseorang berkata jujur tentang topik yang sama di masa lalu, belum tentu ia masih akan berkata jujur tentang topik yang sama saat ini atau di masa depan. 
3. Mendeteksi kebohongan dengan teknik analisa non-verbal (wajah, gestur) dan teknik analisa verbal dalam ucapannya (suara, kata-kata dalam percakapan tatap muka, telpon, media sosial, rekaman audio visual, dll).
4. Jika Anda sudah dianggap bohong, meski belum tentu Anda bohong, maka berkata dan bersikaplah apa adanya seperti kondisi normal Anda berkata dan bersikap. 
5. Jika pernyataan nomor 4, masih belum bisa menyejukkan, maka kautkanlah pernyataan Anda dengan bukti-bukti yang konkrit yang membuktikan kalau Anda tidaklah sedang berbohong.

6. Jika pernyataan nomor 5 belum juga menyejukkan, Anda harus Tawakkal dan pastikan Anda tidak menyalahinya. Dan yang penting adalah minta maaf, meski Anda sendiri sebenarnya tidak salah. Sebaik-baiknya orang salah adalah meminta maaf, dan sebaik-baiknya orang yang disalahi adalah orang yang menerima maaf. Keduanya sebaik-baiknya orang dalam kondisinya masing-masing.

Selamat Membaca

Senin, 21 Agustus 2017

Si Jago Merah Melahap Pasar Pagi

15 tahun yang lalu...saat itu cuma punya uang sisa 2.000 rupiah. Bagaimanapun juga, dapur harus tetep ngebul untuk keberlangsungan hidup. Uang itupun aq simpan betul betul, diirit-irit supaya jangan beli kebutuhan lain meski sama sama butuhnya. Setelah ngaji siang hari tepatnya setelah dluhur, aq berangkat ke pasar pagi sendiri..pakaian santri lengkap, baju panjang agak kedomboran sedikit, peci hitam juga kadang agak agak miring. 


Saat itu menjadi tradisi pondok jika keluar tanpa memakai alas kaki. Ya, saat menuju ke pasar pagi aq dengan PeDenya tanpa alas kaki alias nyeker. Nah, uang 2.000 itu aq belikan mengkreng (lombok) pada ibu ibu penjual bumbu sudah dapat banyak sekali. Wajah ibunya itu, lokasi warung dan gaya bahasa meni..meni nya masih ingat jelas. Si ibu sudah paham kalau yg beli santri dikasih banyak. Dan harga ini tidak bisa ditemukan dipenjual bumbu manapun. Yah...uang 2.000 itu cukuplah untuk persediaan masak 3 hari. Dan kegiatan seperti ini aq lakukan berpuluh puluh kali karena aq di pondok kurang lebih 7 tahun. 
Namun, mungkin ini sudah kehendak ilahi..pasar pagi kebakaran tadi malam (19 Agustus 2017) tepatnya pukul 18.30 an. Sengaja atau tidak, yang jelas jika sengaja sungguh kau terlalu, sangat tega menghancurkan perekonomian masyarakat. Terutama ibu ibu penjual bumbu itu. Semoga beliau dan kawan kawannya, diberi ketabahan, kesabaran dan keikhlasan menghadapi ujian ini. Semoga Allah membalas semua amal perbuatan baik mereka, terutama pd santri santri penuntut ilmu yg hidup dg keterbatasan dan keprihatinan.

Kudus, 20 Agustus 2017
Pukul 09.38 wib
Selamat Membaca

Senin, 06 Maret 2017

Pembelajaran Luar Sekolah 2017


Pembelajaran bisa di mana saja. Bisa di dalam kelas maupun di luar kelas. Salah satu pembelajaran yang bias dimanfaatkan ketika melakukan pembelajaran di luar kelas adalah memanfaatkan lingkungan sekitar. Upaya ii dilakukan untuk membuat suasana baru dalam pembelajaran, memunculkan semangat belajar dan mengenal lingkungan sekitar lebih nyata. Seperti yang dilakukan oleh MI Miftahul Akhlaqiyah baru baru ini, khususnya kelas 6 tahun pelajaran 2016 / 2017. Pembelajaran luar sekolah tersebut dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2017 di Perumahan Panorama Ngaliyan Semarang.  
































Selamat Membaca