Kamis, 27 Oktober 2016

Selamat Jalan Tina


Oleh : Faridah Husnun Najmi*
Adzan subuh berkumandang, Ibu membangunkanku, “Citra…bangun..sudah Shubuh”. Lalu aku membuka mata perlahan dan berkata, “Ya Bu…”. Lalu Ibu pergi ke bawah untuk berwudlu. Aku pun turun juga untuk mengambil air wudlu. Beberapa menit kemudia aku dan ibuku selesai wudlu dan melanjutkan shalat jama’ah di masjid.

Tiga puluh menit berlalu, “Bu…aku belajar dulu ya?” kataku. “Ya nak, ibu akan menyiapkan sarapan untukmu”. Kata ibu. “Ya Bu..”. kataku menyahut. Setelah tiga puluh menit aku selesai, “Hah!! Sudah jam 06.30 WIB, aku harus mandi dan sarapan pagi!” kataku terkejut. “Bu, aku mandi dulu ya?”, tanyaku tergesa-gesa. “Ya, Citra….”, jawab Ibu yang sedang menyiapkan sarapan untukku.

Beberapa menit aku sudah selesai mandi. Setelah itu sarapan pagi yang sudah disediakan oleh Ibu. “Bu, Citra sarapan apa?”, tanyaku. “kamu sarapan sama roti panggang dan susu dulu ya!”, jawab ibu. Dalam dua menit aku sarapan, setelah itu aku siap-siap untuk berangkat ke sekolah. “Bu, Citra berangkat dulu ya? Assalamua’alikum…”. Kataku. “Wa’alaikum salam..”. jawab Ibu. Lalu aku menutup pintu dan mengambil sepeda, lalu aku mengayuhnya. Beberapa menit kemudian aku sudah sampai sekolahan. “Huft…untung belum telat”. Kataku. Dan sebelumnya aku sudah memarkirkan sepedaku di tempat parkir sekolah.

“Cit, cepat ke sini!”. Panggil Tika teman sebangkuku. “Ya, emang ada apa?”. Tanyaku berguman. Lalu aku lari menuju tempatnya Tika. “Tina sakit di Rumah Sakit!”. Ujar Tika. “Hah!! La emang dia sakit apa?”. Tanyaku terkejut. “Tina sakit dan sekarang ini keadaannya masih koma”. Jawab Tika. Aku terkejut mendengar kabar itu. “Ya sudah, nanti pulang sekolah kita besug”. Kataku. “Ya, tapi nanti kita mampir di toko buah terlebih dahulu!”. Kata Tika. “Ya…”. Kataku.

Satu per satu pelajaran sudah berlalu. Kriiiiingg bel pulang berlalu. Aku, Tika, Lilis dan Sita pulang terlebih dahulu dengan tergesa-gesa. “Tika, Lilis dan Sita ayo cepat..!!” panggilku untuk sahabatku. “Ya, sebentar”. Kata Lilis, Tika dan Sita serepak. Satu menit aku menunggu akhirnya keluar dari kelas. “Ayo cepat, waktunya sempit. “kataku….”ya..ya … aku cepat kok”. Kata Tika.
Setelah itu aku turun ke bawah dan mengambil sepeda sepeda yang berada di dekat sepedanya lilis. Kami berangkat berboncengan. Aku dengan Tika dan Lilis dengan Sita. Sesampainya di took buah, kami semua turun dan iuran untuk membeli buah jeruk, apel dan mangga. Aku berkata pada penjual buah, “Pak, buah jeruk seperempat kilo gram berapa?”. Tanyaku. “kalau seperempat kilo 5.000 dek”. Jawab bapak penjual buah. “kalau apel dan mangga seperempat kilo juga 5.000 pak?”. Tanyaku kembali. “Ya dek, sama!”. Jawab penjual buah lagi. “pak, tolong dibungkuskan buah jeruk, apel dan mangga masing-masing seperempat kilogram ya pak?”. Pintaku. “Ya dek, sebentar bapak timbang dulu”. Jawabnya. “jadi semua berapa ya pak?”. Tanyaku hendak membayar. “murah saja dek, Cuma 15.000”. jawab penjual buah lagi. “oh, ini pa uangnya”. Kataku. “terimakasih ya dek, hati-hati”. Kata penjual buah.
“ya, sama-sama pak”. Jawabku.

Sesudah membeli buah aku dan teman-temanku langsung menuju ke Rumah Sakit Kasih Sayang tempat Tina sakit. Sesampai di sana, aku, Lilis, Tika dan Sita langsung ke ruang daftar pasien. Di sana aku bertanya kepada salah satu pegawai, “Permisi, saya mau mencari ruang anak yang bernama Tina Kusnandari”. Tanyaku agak gugup.
“oh, di ruang ICU dek”. Jawab pegawai tersebut sedikit melegakanku.
“terima kasih pak”. Kataku dengan senyuman agak terpaksa.
Setelah itu aku dan teman-teman menuju ICU yang ruangannya tidak jauh dari tempat pegawai tadi. Sesampai di sana aku bertemu dengan keluarga Tina.
“mari masuk”. Ajakku.
“sebentar, apakah yang di depan ini ruangannya?” tanya Tika sambil mengamati ruangan tersebut.
“ya, betul ini ruangannya”. Jawabku dengan nada lirih.
“assalamu’alaikum?”. Kami mengucapkan salam dengan serempak.
“waalaikum salam”. Jawab salah satu keluarga Tina.
Lalu aku, Tika, Lilis dan Sita masuk dan bersalaman dengan keluarga Tina
Di sana keluarga Tina bercerita tentang kejadian yang dialami Tina. Kejadian yang dialami Tina terjadi satu minggu yang lalu ketika Tina pulang sekolah. Seperti biasanya Tina mengayuh sepda saat pulang. Secara mengejutkan, dari arah berlawanan melaju sebuah mobil kencang yang tak terkendali menabrak Tina. Dari tabrakan itu, Tina dan sepedanya terpental lebih dari 5 meter. Sedangkan mobilnya sudah sedikit di putar kendali sehingga oleng ke kanan dan terjungkal. Kejadian itu sungguh membuat keluat keluarga Tina terpukul. Meski begitu, pelaku panabrakan bersedia bertanggung jawab dan menangggung semua biaya yang dikeluarkan dari pengobatan Tina ini.  Dari peristiwa tersebut, menurut analisa dokter, kaki Tina patah dan kepalanya terbentur aspal dengan keras yang bisa mengakibatkan hilang ingatan.

Tak lama kemudian aku, Tika, Lilis dan Sita berpamitan kepada keluarga tina karena sudah sore pukul 15.00 WIB. Setelah itu aku turun ke bawah (tempat parkir). Lalu, aku memboncengkan Tika dan Lilis dengan Sita. Aku mengayuh sepeda dengan cepat. Beberapa menit menempuh perjalanan. Kebetulan aku dan Tika satu kompleks, jadinya aku mengantarkan Tika ke rumahnya,
“Cit, aku turun di depan ya?”. Kata Tika.
“ya, ini sebentar lagi sampai”. Kataku.
Tak lama kita berpisah dan hari sudah mulai sore. Aku pulang dan menemui Ibu. “Assalamu’alaikum?”. Kataku sambil mengetuk pintu.
“wa’alaikum salam”. Jawab Ibu.
“Bu, maaf aku pulang sore”. Kataku mengiba.
“ya, ndak apa-apa. Memangnya kamu dari mana?”. Tanya ibu mencari tahu.
“aku habis menjenguk Tina Bu yang lagi sakit di Rumah Sakit”. Jawabku jelas.
“sebenarnya temanmu sakit apa nak?”. Tanya Ibu.
“tina kecelakaan bu. Ditabrak orang menggunakan mobil. Tina sekarang koma bu”. Jawabku lirih.
“hahh, kecelakaan!”. Kata ibu sambil terkejut.

Setelah itu aku menangis di pangkuan ibu sampai adzan maghrib berkumandang. Lalu ibu menyuruhku untuk membersihkan diri dan berwudlu untuk menunaikan ibadah shalat maghrib.
“Tin, ayo buruan sudah iqomah”. Teriah ibu.
“ya Bu, aku menyusul. Lha ibu sudah berwudlu?” tanyaku.
“sudah nak!”. Jawab ibu seketika.

Kami sekeluarga pergi ke masjid untuk shalat jama’ah. Setelah selesai, kami pulang dan aku mengambil al-Qur’an untuk tadarus. Setelah selesai ibu memanggilku.
“Citra, kamu sudah selesai tadarus al-Qur’annya?”. Tanya Ibu.
“sudah Bu”. Jawabku.
“kalau sudah, belajar ya nak!” kata Ibu.
“ya bu, siap.” Jawabku tegas.
Tiga puluh menit belajar, aku lelah. Tetapi aku harus salat Isya’ dulu. Setelah shalat Isya’ aku dan semua anggota keluarga makan malam. “citra...turun! ayo makan malam”. Panggil ibu.
“ya Bu, aku akan turun”. Jawabku.
Tak lama aku turun dan makan malam. Lezat....nyam .... nyam. Setelah selesai makan malam aku mengucap “Selamat Malam” kepada keluargaku. Kemudian aku naik ke atas. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Waktunya aku tidur. Tak lupa aku memasang alarm dan mematikan lampu.
Keesokan harinya, Ibu membangunkanku. “Citra! Apa kamu tidak berangkat sekolah?” tanya Ibu agak keras suaranya.

“ya Bu...”. jawabku sambil membuka mata perlahan-lahan. Lalu, “Hah...sudah jam 05.30 WIB. Wah aku belum shalat Shubuh ini, padahal sudah pasang alarm”. Kataku dengan terkejut.
Aku pun turun ke bawah dengan tergesa- gesa, lalu shalat Shubuh meskipun matahari sedikit sudah menampakkan sinarnya. Setelah shalat aku langsung mandi, “Bu, aku mandi dulu ya?”. Pintaku. Ibu hanya diam dan menyiapkan bekal untukku bawa ke sekolah. Tak lama aku selesai mandi, setelah itu aku bersiap-siap.
“Bu, bekalku mana?”. Tanyaku.
“itu di atas meja makan”. Jawab Ibu.
“terimakasih ibuku sayang....”. kataku agak merayu.
“assalamu’alaikum ...”. sapaku berpamitan sambil mencium tangan Ibu.
“wa’alaikum salam..hati-hati ya nak”. Jawab Ibu.

Setelah itu aku mengayuh sepeda seperti biasanya. Namun kali in aku agak cepat karena sudah terlambat. Sesampai di sekolahan, gerbang sekolah sudah mau ditutup. Bapak Satpam sudah menutup gerbangnya sebagian. Hampir saja aku telat tidak masuk sekolah.
“Pak. Sebentar!”. Teriakku dari kejauhan.
“Huh..kamu itu ngageti pak Bogi saja”. Jawab pak Bogi, satpam sekolah yang agak kesal.
“maaf, pak”. Jawabku.

Setelah itu aku memarkirkan sepedaku dekat Tika. Lalu aku lari dan naik tangga ke atas.
“Huft..untung belum telat, belum ada pak gurunya”. Kataku dalam hati.
Dengan rasa yang deg-degan yang begitu kencang karena sempat kelelahan mengayuh sepda dan perasaan takut telat, aku menghampiri Lilis untuk mengurangi rasa lelah dan takuit itu. Namun, Lilis tidak seperti biasanya. Hari itu dia menangis, begitu juga dengan Tika dan teman-teman yang lain. Aku bertanya kepada mereka. “Tika, Liliskenapa kamu menangis?”. Tanyaku penasaran dan sedikit cemas.

Mereka tidak menjawab, bahkan justru menangis lebih kencang. Aku bingung akan tangisan Tika dan Lilis itu. Aku bertanya pada Sita, teman sebangku Lilis. “Sita, kenapa Tika dan Lilis menangis?”.
Sita menjawab, “dia menangis karena ...Ti....Ti....Tina me....me....ninggal”. jawab Sita semakin lirih suaranya dan menitikkan air mata.

“Hah! Apa...Tina meninggal?” jawabku sambil bertanya-tanya dalam hati dan terkejut.
“Tidak, ini tidak benar...mana mungkin Tina meninggal”. Kataku yang sempat belum percaya.
Lalu aku bertanya kepada Lilis dan Tika. “apakah benar Tina meninggal?”. Kataku
Lalu dia menjawab, “I...iya....”. jawabnya dengan mata memerah dan berkuanng-kunang. Seketeika itu pun, aku langsung menangis dan teriak. “Tina....kenapa kamu meninggalkan sahabat-sahabatmu ini”. Kataku menjerit.
Setelah itu, aku mengajak semua teman-teman untuk bertakziyah dan semuanya berkata, “ya, tetapi sepulang sekolah”. Jawab mereka serentak.

“kringggg....kriiinggg..,.bel pulang berbunyi. Aku dan teman-teman ke bwah dan untuk bertakziyah ke rumah Tina yang dekat dengan sekolah. Sekitar sepuluh menit kami semua berjalan, sampailah di rumah Tina. Di sana sudah ada banyak orang yang bertakziyah. Kami semua masuk ke rumah tina dan ditemui keluarga Tina yang sambil menangis. Kami menyampaikan turut berbela sungkawa atas meninggalnya tina. Semoga keluarga Tina semuanya diberi kesabaran, ketabahan dan keikhlasan. Kami semua bersaksi bahwa Tina orang baik selama hidupnya. Ramah dan santun dalam bersikap. Tidak pernah menyakiti teman-temannya. Dan yang tidak bisa dilupakan oleh teman-temannya adalah, Tina orangnya sangat dermawan. Gemar membantu teman yang sedang ada kesusahan. Kami di rumah Tina sengaja sampai lama, bahkan orang-orang yang takziyah sudah pada pulang tinggal kami. Selamat jalan Tina, semoga kamu bahagia di sana.

*Penulis adalah peserta didik MI Miftahul Akhlaqiyah Ngaliyan

Tidak ada komentar:
Write comments